Kisah-kisah Kelahiran Yesus (I)
Dipublikasikan tanggal 01 December 2014
Kisah-kisah Kelahiran Yesus (I)
Sejak kecil kita sudah dibuai dengan kisah-kisah kelahiran Yesus, yang amat menarik dan berwarna-warni. Kisah kabar baik Malaikat Gabriel, kisah mimpi Yosef, kisah kelahiran Yesus dan kabar malaikat kepada para gembala, dan masih banyak lagi. Begitu akrabnya kita dengan cerita-cerita itu sehingga bukan mustahil kita tidak pernah mendalami kisah-kisah tersebut untuk memperdalam iman.
Timbul satu pertanyaan: apakah kisah-kisah ini historis? Kalau benar mengandung unsur-unsur sejarah, sampai sejauh mana? Saatnya kita untuk merenungkan teks-teks itu dalam terang baru. Perlu dipahami bahwa apabila terjadi perbedaan dalam teks-teks tentang kelahiran Yesus, hal ini tergantung pada cara pengungkapan iman dari masing-masing penginjil dan juga sidang pembacanya.
Yoh 1:1-14
Hari ini kita akan membaca beberapa teks, yang dipilih sesuai dengan kronologisnya. Kita mulai dengan Yoh 1:1-14. Kisah kelahiran Yesus dalam Yoh berbeda dengan Mat dan Mrk. Bila Mat dan Mrk menampilkan kisah kelahiran Yesus secara naratif, Yoh mengisahkannya secara teologis. Injil Yoh dimulai dengan Madah Firman sebagai berikut:
Pada mulanya adalah Firman; Firman ini bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (Yoh 1:1)
Pembaca yang teliti langsung akan diingatkan pada kata “pada mulanya” yang dalam bahasa Ibrani disebut “bereshit” yang menjadi judul dari kitab pertama Alkitab yakni Kej. Kej 1 berbicara tentang penciptaan langit dan bumi. Pada saat Allah menciptakan langit dan bumi, Firman ikut mencipta bersama-sama dengan-Nya.
Dengan mudah kita juga bisa memahami mengapa Firman diidentikkan dengan sang Terang:
Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. (Yoh 1:4-5)
Ternyata Firman itu memberi hidup dan hidup itu berwujud terang. Namun di dalam dunia terang mendapat perlawanan dari kegelapan, meskipun kegelapan tidak akan dapat memadamkan Terang.
Terang juga merupakan ciptaan Allah pada hari pertama. Terang ini rupanya tidak disambut dengan pantas oleh manusia. Nampaknya ada miskomunikasi antara Terang dan manusia.
Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya. (Yoh 1:10-11)
Akhirnya Firman atau Terang itu mengambil wujud yang paling mudah dipahami manusia. Firman menjadi manusia, Firman yang ilahi telah mengambil rupa manusiawi yang fana.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yoh 1:14)
Inilah kisah Natal menurut Yoh. Allah mewahyukan diri-Nya secara total dalam sejarah hidup manusia. Kata “diam” secara harafiah berarti “berkemah”, mengingatkan bahwa Allah pernah menyuruh bangsa Israel untuk mendirikan Kemah Suci bagi-Nya supaya Dia “diam” di tengah-tengah mereka.
Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. (Kel 25:8)
Mat 1:1-17
Siapa Yesus? Mat memperkenalkan-Nya dalam sebuah silsilah panjang.
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. (Mat 1:1)
Yesus adalah keturunan Daud, raja Yahudi. Kepada Daud Allah berjanji lewat Samuel bahwa:
Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya. (2 Sam 7:16)
Orang Yahudi, yang pada saat itu sedang dijajah Romawi senantiasa yakin dalam pengharapan, bahwa suatu saat akan ada keturunan Daud yang akan menjadi Raja yang kekal, Dialah Sang Mesias.
Tapi Yesus juga anak Abraham. Allah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan sangat banyak dan oleh keturunannyalah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat.
Maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut … . Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku. (Kej 22:17-18)
Matius melihat bahwa janji Allah kepada Daud dan Abraham digenapi dalam diri Yesus. Mat memaksakan 14 keturunan dari Abraham sampai Daud, 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan 14 keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus. Jumlah keturunan dari Abraham sampai Kristus adalah 42 keturunan (6x7). Angka 6 dipandang orang Yahudi sebagai lambang ketidaksempurnaan. Yesus didahului oleh enam masa yang tidak sempurna, tetapi Yesus membuka masa yang ketujuh, yaitu masa kesempurnaan.
Begitu pula dengan angka 14. Angka ini sangat berhubungan erat dengan nama Daud. Dalam bahasa Ibrani setiap huruf melambangkan suatu angka. Nama Daud dalam bahasa Ibrani DVD (Daled=4 Vav=6 Daled=4) sama dengan 14.
Dalam silsilah Yesus ada nama 4 wanita pendosa atau non Yahudi: Tamar, Rahab, Rut, dan Batsyeba. Tamar adalah wanita yang berselingkuh dengan Yehuda mertuanya sendiri (Kej 38). Rahab adalah seorang perempuan Kanaan sundal dalam kitab Yos. Rut adalah perempuan Moab dan Batsyeba adalah perempuan yang berselingkuh dengan raja Daud. Citra empat wanita ini disandingkan dengan Maria, wanita suci yang melahirkan Yesus. Mat ingin menegaskan: Yesus adalah Mesias, bagi semua golongan manusia, baik yang baik maupun buruk akhlaknya, baik orang Yahudi maupun orang asing.
Luk 1:26-38
Lukas memulai kisahnya dengan menampilkan malaikat Gabriel. Dalam Dan 9:20-27) malaikat Gabriel juga tampil mewartakan kedatangan seorang “raja yang diurapi”. Allah memilih kota Nasaret di Galilea. Galilea adalah kota kosmopolitan yang dihuni oleh banyak orang asing, membawa pesan bahwa rencana penyelamatan bersifat universal.
Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain. (Mat 4:15)
Malaikat menyapa Maria dengan kata “Salam” (chaire, Yun) dan memanggil Maria dengan nama “hai engkau yang dikaruniai” (kecharitomene, Yun). Kata chaire berarti “bersukacitalah” dan selalu dipakai dalam konteks zaman Mesianik.
"Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem! Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu, engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi. (Zef 3:14-15)
Kata kecharitomene adalah bentuk partisip lampau dari kata charein yang berarti “mengaruniai”. Kata ini hanya muncul satu kali dalam seluruh Alkitab dan menjadi nama unik untuk Maria. Maria adalah manusia yang dikaruniai, karena Tuhan besertanya.
Maria tidak memahami arti salam itu, oleh karenanya malaikat menjelaskan bahwa dia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaknya ia menamai-Nya Yesus. Kata Yesus berasal dari kata Yehoshua yang artinya TUHAN menyelamatkan. Anak Maria adalah Mesias, Putera Daud, yang akan menjadi Raja sampai selama-lamanya.
Reaksi Maria adalah percaya, namun dia bertanya. Dalam kebingungan dia bertanya:
Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami? (Luk 1: 34)
Dalam teks aslinya Maria menyatakan bahwa dia belum “mengenal” laki-laki, artinya belum melakukan hubungan suami istri dengan Yusuf.
Dalam kebingungan Maria, malaikat menyatakan bahwa dikandungnya Yesus adalah urusan Allah. Lukas mengacu pada dua ayat dalam PL.
Bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (Kej 1:2)
Perkandungan Yesus adalah pekerjaan Roh.
Lukas juga teringat akan awan yang menaungi Kemah Suci.
Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci. (Kel 40:34)
Dibantu dengan gagasan PL tersebut Luk mencatat penjelasan malaikat:
Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. (Luk 1:35)
Maria menanggapi rencana Allah dengan penuh penyerahan diri, karena dia menyadari dirinya adalah hamba Tuhan. Bagi seorang hamba, tidak ada yang lebih penting daripada menjalankan titah tuannya.
"Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Lalu malaikat itu meninggalkan dia." (Luk 1:38)
Malaikat meninggalkan Maria. Setelah menerima kabar baik, Maria menerima pengutusan untuk menjadi Bunda Allah. Tetapi, hal ini tidak menjadikan Maria istimewa, dia tetap kembali menjalankan kehidupannya sehari-hari: kehidupan melayani, karena segera dia berangkat ke rumah Elisabet. Juga kehidupan doa, dengan nyanyian pujian Maria yang sangat terkenal itu.
Mat 1:18-25
Masalah sekarang bergeser ke Yusuf. Sebelum Maria dan Yusuf hidup sebagai suami isteri, Maria telah mengandung dari Roh Kudus. Yusuf adalah orang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, maka dia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
Apa artinya tulus hati? Dalam KS BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini) ditulis:
Yusuf, tunangannya itu, adalah seorang yang selalu menaati hukum agama. Jadi ia mau memutuskan pertunangannya, tetapi dengan diam-diam, supaya Maria tidak mendapat malu di muka umum. (Mat 1:19)
Sebagai seorang yang selalu menaati hukum agama, Yusuf tahu sekali bahwa hukuman bagi sebuah perselingkuhan adalah hukuman mati.
Tetapi jika tuduhan itu benar dan tidak didapati tanda-tanda keperawanan pada si gadis, maka haruslah si gadis dibawa keluar ke depan pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya haruslah melempari dia dengan batu, sehingga mati – sebab dia telah menodai orang Israel dengan bersundal di rumah ayahnya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. Apabila seseorang kedapatan tidur dengan seorang perempuan yang bersuami, maka haruslah keduanya dibunuh mati: laki-laki yang telah tidur dengan perempuan itu dan perempuan itu juga. (Ul 22:20-22)
Tafsir yang paling banyak dipahami adalah bahwa Yusuf merasa kasihan kepada Maria yang sudah hamil dan tidak mau membuat kehebohan, yang akan mempermalukan Maria, maka dia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tafsir ini sering disebut dengan tafsir kesetiaan. Sayangnya nampaknya tafsir ini lemah, karena dengan diam-diam justru Yusuf melanggar hukum Taurat, padahal dia seorang yang selalu menaati hukum agama.
Tafsir lain sering disebut dengan tafsir kelayakan. Dari ayat pertama perikop sebetulnya sudah dijelaskan bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus (Mat 1:18). Yusuf tahu asal usul kandungan Maria. Oleh karenanya Yusuf merasa tidak layak mendampingi Maria dan Anaknya, karena semua ini rencana Allah yang istimewa. Yusuf merasa tidak layak menjadi ayah bagi Anak Maria. Maka menceraikan Maria adalah solusi.
Tetapi Allah mempunyai rencana lain. Dalam mimpi Allah menunjukkan kepada Yusuf bahwa dia juga harus menyerahkan diri pada kehendak-Nya sama seperti Maria. Yusuf bahkan diberi tugas untuk memberi nama Yesus kepada Anak Maria. Dalam adat Yahudi seorang laki-laki yang memberi nama kepada seorang anak yang baru lahir, otomatis menjadi ayahnya. Dengan memberi nama Yesus kepada bayi yang dilahirkan oleh Maria, Yusuf otomatis menjadi ayah Yesus. Untuk apa? Karena Yusuf adalah keturunan Daud. Mesias harus keturunan Daud!
Mat mengutip nubuat Yesaya yang diyakininya digenapi dengan kelahiran Yesus dari Perawan Maria.
Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. (Yes 7:14)
Teks ini berbicara dalam konteks perang Efraim-Suriah. Pada saat itu bangsa Asyur sedang mencapai zaman keemasannya. Mereka sangat ekspansif dan ganas menaklukkan negara-negara tetangga. Muncullah koalisi anti Asyur yang dibentuk oleh koalisi Israel (Kerajaan Utara) dan Damsyik (Suriah). Koalisi ini mengajak Yudea (Kerajaan Selatan), namun raja Ahas tidak menggubrisnya. Akhirnya Israel-Suriah menyerbu Yehuda. Dalam kepanikan raja Ahas minta bantuan kepada Asyur. Di sini tampillah Yesaya. Dia menyampaikan telak-telak bahwa Allah tidak mengizinkan Yudea berkoalisi dengan Asyur. Untuk meyakinkan hal itu Yesaya menubuatkan suatu pertanda.
Apakah Yesaya berpikir sejauh itu bahwa perempuan muda dan Imanuel yang dimaksudkan adalah Maria dan Yesus? Nampaknya tidak. Kebanyakan para ahli meyakini bahwa perempuan muda itu adalah permaisuri raja Ahas dan anaknya adalah Hizkia. Yes meyakinkan Ahas bahwa anaknya Hizkia akan hidup tenteram di bawah perlindungan Allah. Ahas tidak perlu gentar terhadap koalisi Israel-Suriah dan minta bantuan kepada Asyur. Hanya Allah yang harus diandalkan!
Ketika mewartakan tentang kelahiran Yesus dari Maria, Mat melihat penggenapan nubuat Yes. Bagi Matius perempuan muda dan Imanuel anaknya sekarang sudah tiba. Tampaknya Mat menafsirkan nubuat Yes dalam injilnya.
Mat menekankan peran Yusuf pada awal kehidupan Yesus dan bukan peran Maria. Peran Yusuf penting untuk memberikan garis keturunan Daud kepada Yesus. Mat menulis injilnya untuk orang-orang Kristen keturunan Yahudi. Mereka tidak bisa membayangkan Mesias yang tidak berasal dari keturunan Daud.
Hidup manusia tidak selalu selaras dengan pengharapannya. Yusuf bisa saja membuat rencana, tetapi Allah memiliki rencana lain. Manusia harus terbukan terhadap kemungkinan-kemungkinan lain yang direncanakan oleh Allah.
(bersambung)