TEPAT WAKTU ADALAH KEBIJAKSANAAN
Dipublikasikan tanggal 06 December 2014
Pendahuluan
“Selalu ada alasan untuk terlambat di Jakarta ini …..”, komentar seorang berkebangsaan Inggris di tengah-tengah kemacetan di jalan tol. Untuk dapat hadir tepat waktu dalam suatu acara, pendudukkotaJakartaharus meluangkan waktu ekstra untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas. Namun tanpa disadari orang sudah mulai memupuk kebiasaan baru, jam karet. Untuk apa buru-buru, toh nanti terlambat juga? Budaya terlambat muncul bukan karena alasan-alasan yang tak terduga seperti kemacetan atau cuaca buruk, melainkan terlebih-lebih karena kurangnya perhargaan terhadap masalah ketepatan waktu.
Budaya terlambat sudah merambah dalam kehidupan gereja. “Terlambat sedikit tidak apa-apalah daripada tidak ikut misa, yang penting jangan lewat bacaan Injil,” mungkin itulah pikiran kebanyakan umat Katolik. Tetapi ada umat yang datang saat persembahan, bahkan saat komuni, dan mereka dengan perasaan tak bersalah masuk ke dalam barisan untuk menerima Tubuh Kristus. Mereka tidak pernah menyadari bahwa keterlambatan mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan rohani dan kesehatan komunitas.
Pro Kontra
Peribahasa mengatakan: Biar lambat asal selamat. Banyak orang berpendapat bahwa keterlambatan adalah hal yang dapat dimaklumi. Dalam bahasa Inggris bahkan ada ungkapan: Laugh and the world laughs with you, be prompt and you dine alone. (tertawalah dan dunia pun tertawa bersamamu, tepatilah waktu dan kau akan ditinggalkan sendirian). Mereka yang pro terhadap keterlambatan meyakini bahwa tidak ada gunanya tepat waktu karena tidak ada orang yang akan menghargainya.
Di lain pihak, banyak juga yang berpendapat bahwa ketepatan waktu adalah masalah yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Seorang businessman terkemuka Thomas C. Haliburton mengatakan bahwa “Punctuality is the soul of business.” (tepat waktu adalah jiwa dari bisnis). Raja Perancis Louis XVIII berpendapat bahwa “La ponctualité, c’est la politesse entre rois.” (tepat waktu adalah tata kesopanan di antara para raja)
Orang dapat saja mempertanyakan apakah ketepatan waktu begitu penting? Sebagai seorang Kristiani, apakah dosa apabila memiliki kebiasaan molor waktu?
Kebiasaan Tidak Menepati Waktu Adalah Ketidakadilan
Perlakuan Tidak Adil Terhadap Orang Lain
Kebiasaan tidak menepati waktu adalah pencurian terhadap waktu orang lain, misalnya seorang pegawai yang kerap terlambat datang ke kantor. Apabila seseorang telah membuat perjanjian dengan orang lain pada waktu yang ditentukan, berarti dia telah meminjam waktu orang itu, dan harus mengembalikannya dengan datang tepat waktu.
Kurang Penghormatan Kepada Orang Lain
“Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.” (Rom 12:10) atau “… hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;” (Flp 2:3) Tidak pernah ada yang terlambat apabila membuat perjanjian dengan Presiden. Mengapa? Karena dia sangat menghormati Presiden. Perlakuan yang sama harus diberikan kepada orang-orang lain, karena setiap umat Kristiani memiliki kewajiban untuk saling menghormati. Datang lebih awal atau tepat waktu adalah bukti bahwa seseorang menghargai orang lain lebih daripada dirinya sendiri.
Pelanggaran Terhadap Hukum Allah
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka …” (Mat7:12) Siapa yang senang menunggu orang yang selalu terlambat datang? Tentu tidak ada, oleh sebab itu jangan membiarkanorang lain menunggu kedatangan kita yang selalu terlambat.
Keterlambatan itu menjadi lebih tidak dapat ditolerir lagi dalam hal ibadat kepada Allah. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Mrk 12:30) Terlambat datang ke misa dapat menjadi petunjuk bahwa manusia menganggap Allah kurang penting bila dibandingkan dengan hal-hal lain yang menimbulkan keterlambatan misalnya: bangun siang, makan, rekreasi, dan tugas-tugas yang lain. Memang tidak semua keterlambatan itu adalah kesalahan manusia. Namun orang yang sering terlambat untuk Allah, harus memeriksa diri.
Apabila seseorang akan bertemu dengan Presiden, dia pasti berusaha supaya tidak terlambat, lalu mengapa orang masih terlambat kalau hendak bertemu dengan Allah? Tidak ada seorang pun yang mengasihi Allah dengan tulus dapat memaklumi keterlambatannya menemui-Nya tanpa rasa malu dan bersalah.
Kesempatan Yang Hilang
Niccolo Machiavelli mengatakan, “Tardiness often robs us opportunity, and the dispatch of our forces” (keterlambatan seringkali merampas kesempatan kita dan merampas kecepatan pemanfaatan kekuatan kita)
Dengan terlambat datang untuk misa di Gereja, manusia kehilangan kesempatan-kesempatan berharga untuk:
- Mempersiapkan diri dengan lebih baik agar lebih layak menerima Tubuh Kristus; “” (1 Pet 3:7) Orang yang datang terlambat sudah pasti tidak memiliki kesempatan berdoa yang cukup.… jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.
- Menjawab kebutuhan yang sangat mendesak seperti misalnya kekurangan dirigen, lektor, pemazmur, prodiakon.
- Mendengarkan hal-hal atau kebenaran-kebenaran yang disampaikan sebelumnya.
Hikmat Membiasakan Tepat Waktu di Gereja
Ketepatan waktu sangat berpengaruh terhadap perkembangan rohani baik pribadi maupun jemaat. Ketepatan waktu membuat umat menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik. Lord Nelson berkata, “I have always been a quarter of an hour before my time, and it has made a man of me.” (saya selalu hadir seperempat jam sebelum waktunya, dan hal ini telah membuat saya menjadi manusia sejati). Ketepatan waktu juga membuat umat menjadi pelayan-pelayan yang lebih baik dengan cara memberikan pelayanan:
- Kepada Allah dengan cara hadir tepat waktu
- Kepada umat yang lain, supaya ada waktu yang cukup untuk saling bertegur sapa dan membangun relasi yang lebih akrab
- Kepada orang lain yang bukan seiman; ketepatan waktu adalah teladan hidup yang merupakan salah satu sarana untuk mewartakan Kabar Baik.
Ketepatan waktu juga menghindari hal-hal yang dapat mengganggu umat lain misalnya terusik doa dan konsentrasinya karena harus memberi jalan kepada umat lain yang datang terlambat.
Kesimpulan
William Shakespeare berkata, “Better three hours too soon than a minute too late.” (lebih baik kepagian tiga jam daripada terlambat satu menit) Ada orang yang memelintirkan peribahasa Inggris: “Better late than never, but better never late” (lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, tetapi lebih baik lagi tidak pernah terlambat)
Lalu bagaimana caranya agar dapat tiba di Gereja tepat waktu? Sederhana saja: rencanakan berangkat lebih awal agar dapat hadir limabelas menit sebelum misa dimulai. Aduh sulit sekali! Mintalah pertolongan Allah karena “perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.” (2 Tim 2:7) Ketepatan waktu adalah hikmat kebijaksanaan dan keterlambatan adalah kebebalan!
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya …” (Pkh 3:11), mengapa pula manusia harus merusak keindahan yang dibuat oleh-Nya dengan mengubah waktunya?