PENGAKUAN DOSA - SEBUAH PESTA
Dipublikasikan tanggal 11 December 2014
PENGAKUAN DOSA – SEBUAH PESTA
Suatu kali pernah saya mengikuti kursus Kitab Suci bersama Sr. Emma Gunanto, OSU. Beliau menjelaskan mengapa kamar pengakuan dosa semakin dijauhi umat? Jawabnya adalah karena suasana yang diciptakan dalam pengakuan dosa tidak pernah bernuansa perayaan atau celebration. Sr. Emma menyarankan agar ketika hendak pergi mengaku dosa, kita mempersiapkan diri seperti ketika hendak pergi berpesta.
Dalam konteks ini saya tertarik untuk membagikan sebuah renungan. Kalau disuruh memilih teks apa yang paling menarik untuk sebuah ibadat tobat, orang pasti menunjuk Luk 15:1-32 tentang perumpamaan anak yang hilang. Kisah ini khas Injil Lukas dan rasanya memang pas untuk umat Paroki St. Lukas yang terkasih ini. Meski diberi judul perumpamaan, nampaknya Yesus tidak pernah menyebut bahwa kisah ini adalah sebuah perumpamaan. Jadi mungkin saja Yesus memang menceritakan sebuah kisah nyata.
Kisah ini sangat inspiratif dan menjadi ide dari sebuah lukisan karya pelukis tersohor Rembrandt. Ceritanya tidak perlu diusung lagi di forum ini, semua orang Kristen rasanya pasti sudah tahu. Namun, suasana tobat di kisah ini mungkin yang gagal diciptakan dalam tobat-tobat kita, sehingga kita agak “malas” mengaku dosa.
The Prodigal Son, Rembrandt, 1669
Hal pertama adalah penantian sang bapa terhadap kembalinya si anak. “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan … “ (ay 20a). Pengumuman tentang jadwal pengakuan dosa harus dimaknai dengan penantian Bapa, yang selalu mengasihi kita. Hal kedua adalah reaksi sang bapa atas kedatangan si anak. “Ayahnya berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” (ay 20b) Itulah yang dilakukan oleh Allah ketika kita menginjakkan kaki di Gereja menuju kamar pengakuan dosa.
Hal ketiga adalah bahwa sang bapa segera mengampuni anaknya setelah anaknya mengucapkan sepatah kalimat “Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa.” (ay 21) Allah tahu semua dosa kita, tidak ada yang dapat kita sembunyikan dari-Nya. Yang Allah minta hanyalah sebuah penyesalan atas segala dosa dan kesalahan kita.
Hal keempat tobat diakhiri dengan pelbagai hadiah dan pesta: jubah terbaik, cincin, sepatu, anak lembu yang gemuk, suara musik dan tari-tarian. Ternyata pengakuan dosa adalah sebuah pesta. Oleh sebab itu cara terindah memaknai sebuah pengakuan dosa adalah persiapan sebuah pesta. Tidak ada orang yang tidak suka pesta, oleh sebab itu seharusnya tidak ada orang yang segan mengaku dosa. Pesta itu untuk apa? Ayat 32 menjawab, “Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” Dengan pengakuan dosa kita kembali memperoleh “hidup” seperti seekor domba yang tersesat kembali kepada Gembala dan kawanan dombanya.
Sekarang kita kembali ke lukisan karya Rembrandt. Dalam bukunya yang berjudul “Kembalinya si Anak Hilang”, P. Henri J.M. Nouwen menulis:
Inti dari lukisan Rembrandt sebenarnya adalah tangan sang bapa. Pada tangan itulah segala terang terpusat; pada tangan itulah mata para pengamat terarah; dalam tangan itulah berkat menjadi daging; melalui tangan itulah pengampunan, perdamaian, dan penyembuhan datang, dan melalui tangan itulah si anak yang kepayahan dan sang bapa yang penat itu mendapatkan istirahatnya.
Tidak lama sesudah Rembrandt melukis sang bapa dengan tangan memberkati, ia meninggal dunia. Tangan Rembrandt telah begitu banyak melukiskan tangan dan wajah manusia. Akan tetapi dalam lukisan inilah, satu dari karyanya yang terakhir, ia melukiskan wajah dan tangan Allah.
Kiranya tangan Allah inilah yang akan menuntun kita selalu ke arah pertobatan. Jadwal pengakuan dosa yang terpampang di website ini adalah undangan Bapa kepada kita supaya kita kembali kepada sang Gembala, yang menggembalakan kawanan dombanya dan dengan tangan-Nya menghimpun dan memangku mereka.
Selamat menjalankan Masa Adven penuh pertobatan!
http://www.parokisantolukas.org/584/jadwal-pengakuan-dosa--misa-natal-2014