Santo Genesius dari Roma
Dipublikasikan tanggal 30 January 2015
Teatro San Genesio adalah gedung pertunjukan drama yang terletak di Jalan Podgora 1 Roma (Prati). Sejak tahun 2005 gedung pertunjukan ini dikelola oleh Persatuan Sahabat-sahabat Santo Genesius dan didukung oleh kaum profesional di bidang komunikasi. Perkumpulan ini bermaksud untuk menghidupkan kembali panggilan sebagai pementas drama, dan memfasilitasi ajang pertemuan pelbagai latar belakang budaya.
Perhatian khusus diberikan kepada kaum muda dan selera budaya mereka, meliputi sinematografi, teater, seni tari, seni musik, dan seni lukis. Gedung pertunjukan ini memiliki 150 tempat duduk dan terletak di dekat Gereja Sacro Cuore di Cristo Re. Motto yang mereka usung adalah: 150 posti a sedere, programma interessante e prezzi bassi (150 tempat duduk, program menarik dan harga ekonomis).
Gedung ini dirancang oleh arsitek Marcello Piacentini dan mulai dibangun pada tahun 1920 dan dibuka untuk umum baru pada tahun 1934. Gedung ini pertama kali dinamai Pax Fu, kemudian diganti menjadi San Genesio. Siapakah sesungguhnya San Genesio atau Santo Genesius ini?
Santo Genesius adalah pelindung kaum komedian, aktor, dan aktris, dan semua orang yang berkarya di bidang pertunjukan. Siapa beliau? Tidak mudah menjawabnya, terutama karena orang kudus yang bernama Genesius ada dua. Yang pertama adalah Santo Genesius dari Arles, seorang notaris dan menjadi pelindung para notaris. Yang kedua adalah Santo Genesius dari Roma, yang pernah menjadi seorang aktor (komedian). Dalam upayanya untuk memicu gelak tawa para pemirsanya, dia kerap menghalalkan segala cara, termasuk melecehkan Gereja terutama upacara-upacara ibadatnya.
Suatu malam Genesius harus mementaskan lakon di hadapan Kaisar Romawi. Dia mempertunjukkan ritus-ritus Kristiani dengan penuh khidmat, sehingga memesona para penonton. Dia berdoa seperti seorang yang saleh, berlutut, dan menyerukan imannya dengan penuh ketulusan. Penonton menantikan dengan penuh perhatian lelucon apa yang hendak ditampilkannya! Namun, pada saat itulah Genesius mendengarkan suara Allah di tengah niatnya untuk membuat lelucon dan guyonan.
Di bawah sorotan lampu, di atas panggung, dan pada saat memakai kostum pertunjukan, Genesius mengalami pertobatan. Komedian yang selalu berhasil mementaskan parodi-parodi tentang iman Kristiani, akhirnya kembali kepada Allah dan menghidupi serta bukan lagi sekedar melakonkan iman. Sang pelawak menjadi pengkhotbah!
Untuk menjadi saksi Kristus Genesius harus membayar harga yang mahal. Kaisar menyuruh menangkapnya dan menyiksanya. Di tengah penyiksaan Genesius memberi pernyataan yang berani, “Non vi è altro Re che Cristo, e anche se dovessi soffrire per lui mille morti, non potrete mai strapparmelo, né dalla bocca né dal cuore.” (Tiada raja lain selain Kristus, dan juga jika saya harus menderita bagi-Nya sampai harus mati seribu kali, kalian tidak akan pernah dapat menekan saya, baik mulut saya maupun hati saya). Keberaniannya memicu kemarahan penguasa dan akhirnya Genesius menjadi martir dengan hukuman penggal.
Semangat Santo Genesius yang menjadi pelindung para pemeran drama dan juga upaya Teatro San Genesio untuk membangkitkan panggilan hidup kaum muda dalam bidang teater tentu menjadi inspirasi bagi kaum remaja Paroki Santo Lukas untuk meluncurkan Teater Genesius pada hari Sabtu tanggal 31 Januari 2015. Semoga mereka bukan hanya dapat memerankan, tetapi sungguh-sungguh dapat menghidupi teladan Kristus dan para orang kudus.