Selamat Datang Tahun Kambing Kayu
Dipublikasikan tanggal 05 February 2015
Selamat Datang Tahun Kambing Kayu
gong xi fa cai
Menurut penanggalan Tionghoa, tahun 2015 adalah tahun kambing kayu, yang akan dimulai pada tanggal 19 Februari 2015. Dalam susunan “shio”, shio kambing merupakan shio ke delapan dari 12 shio. Angka delapan (pat) merupakan angka yang paling disukai orang Tionghoa, karena bunyinya sama dengan kata yang berarti rezeki atau keberuntungan (fat). Secara umum, menurut para ahli, orang yang lahir di tahun kambing kayu adalah orang yang baik, murah hati, adil, lemah lembut dan peduli terhadap orang lain.
Hari ini kita akan mempelajari apa kata Kitab Suci mengenai binatang kambing. Tidak dapat dipungkiri, kambing adalah binatang yang sangat penting dalam periode biblis. Untuk itu kata “kambing” memiliki enam kata dalam bahasa Ibrani: êz dan seîrah (kambing betina); attûd, tsâfîr, sâîr, tayish (kambing jantan). Dalam bahasa Yunani ada dua kata untuk kambing: áigueios (kambing betina) dan erífion (kambing jantan). Baik kambing maupun anak kambing diterima sebagai binatang kurban seperti domba dan anak domba.
Dalam Kitab Suci ditemukan beberapa keterangan penting mengenai penggunaan kambing dan anak kambing:
1) Im 16:7-22: pada hari raya Pendamaian, seekor kambing jantan (sâîr) harus dilepaskan ke padang gurun bagi Azazel. Imam Agung menumpangkan tangan ke atasnya dan dengan demikian seluruh dosa bangsa Israel diampuni dan mereka diperdamaikan dengan Tuhan.
2) Ams 30:29-31: kambing jantan (tayish) disebut sebagai salah satu dari tiga binatang yang gagah langkahnya (singa, ayam jantan, dan kambing jantan)
3) Kambing merupakan salah satu harta kekayaan (asset) dalam tata masyarakat Palestina dan sekitarnya (Kej 32:14)
4) Bangsa Israel beternak kambing baik di Palestina maupun di Mesir (Kel 12:5; 1 Sam 25:2)
5) Susu dan daging kambing banyak dikonsumsi oleh masyarakat di periode biblis, dengan demikian kambing adalah binatang halal menurut agama Yahudi (Ul 14:4)
6) Dari kulit kambing dibuat kirbat (tempat minum/anggur) dan pakaian sederhana yang dikenakan oleh orang-orang sederhana, kaum petapa, kaum peratap dan para nabi (Ibr 11:37)
7) Dari bulu kambing dibuat jubah dan kain tenda (Kel 26:7), bahkan kain tenda halus yang mengelilingi Kemah Suci (Kel 25:4)
8) Kambing jantan mengepalai kawanan ternak (Yer 50:8), meskipun kadang melambangkan kepala kawanan yang buruk (Zak 10:3)
9) Kambing jantan yang mempunyai satu tanduk aneh di antara kedua matanya merupakan simbol dari kekaisaran Yunani (Dan 8:5)
Secara garis besar nilai rapor binatang kambing dalam Kitab Suci tidak buruk. Akan tetapi mengapa pada akhir zaman, ketika Yesus datang untuk kedua kalinya, kambing harus menjadi pecundang?
Dalam Mat 25:31-46 dikisahkan bahwa Yesus datang ke dunia untuk kedua kalinya dalam kemuliaan. Semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya. Ia akan memisahkan mereka seorang dari yang lain, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Kawanan domba akan menerima Kerajaan Surga, sedangkan kawanan kambing akan dienyahkan ke dalam api kekal.
Kisah perjalanan binatang kambing dalam Kitab Suci berakhir tragis. Binatang halal, yang kerap dipersembahkan sebagai kurban, yang diolah untuk menjadi makanan, bahkan makanan mewah untuk menjamu malaikat (Hak 6:19), yang bulunya ditenun untuk membuat kain tenda bagi Kemah Suci, akhirnya harus berakhir di tempat yang paling mengerikan: neraka! Mengapa demikian?
Yesus menjawab pertanyaan ini, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” (Mat 25:45) Hanya satu hal yang kurang! Hanya satu hal yang tidak dilakukan oleh kawanan kambing dan itu berakhir fatal: kepedulian! Santo Yakobus menulis dalam suratnya (Yak 2:15-16), ”Jika seorang saudara atau saudari berada dalam keadaan telanjang dan tidak mempunyai cukup makanan sehari-hari, namun salah seorang dari antara kamu mengatakan kepada mereka, ’Pergilah dengan damai, hangatkanlah dirimu dan makanlah sampai kenyang’, tetapi kamu tidak memberi mereka apa yang dibutuhkan tubuh mereka, apakah manfaatnya?”
Menyambut Tahun Baru Imlek pada tanggal 19 Februari 2015, marilah sejenak kita merenungkan niat-niat apa yang hendak kita wujudkan:
1) Pada hari raya Pendamaian, kambing merupakan simbol perdamaian dengan Tuhan. Entah merupakan suatu kebetulan atau memang karena rencana Allah, tahun baru Imlek 2015 didahului dengan Hari Rabu Abu. Tahun baru Imlek harus dimulai dengan pertobatan atau perdamaian dengan Allah.
2) Seluruh tubuh kambing bermanfaat: dagingnya, susunya, bulunya, tenaganya. Manfaat atau pelayanan apa yang sudah kita berikan kepada Allah dan sesama? Tahun 2014 adalah Tahun Pelayanan Kasih. Apa yang sudah kita perbuat? Mari kita refleksikan dan evaluasi.
3) Kambing adalah binatang kurban yang dipersembahkan kepada Allah. Sudahkah kita menjadi persembahan yang kudus buat Allah? Kepada jemaat di Roma St. Paulus menulis, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Rom 12:1)
4) Kambing diutus untuk menjadi kepala kawanan, gembala yang baik. Apakah selama ini kita sudah menjadi gembala yang baik (pastor bonus) untuk sesama kita?
5) Dan yang terpenting adalah kita harus menjadi “kambing” yang peduli. Tidak ada kasih kepada Allah tanpa kasih kepada sesama. Untuk itu mari kita sukseskan Tahun Syukur 2015 yang bertema: Tiada Syukur Tanpa Peduli.
6) Tahun kambing kayu harus diisi dengan kebaikan, kemurahan hati, kelemahlembutan, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama. Itu filosofi shio kambing kayu menurut keyakinan masyarakat Tionghoa.
Tahun 2015 ini Malam Imlek bertepatan dengan hari Rabu Abu, di mana umat Katolik seluruh dunia akan memulai Masa Prapaska, masa puasa. Bagaimana bentuk puasa yang berkenan kepada Allah? Yesaya memberi arahan yang tepat (Yes 58:6-7)
Berpuasayang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman,dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
Lagi-lagi puasa sejati adalah kepedulian terhadap sesama. Ayo Peduli! Selamat Hari Raya Imlek, gong xi fa cai, wan shi ru yi, xin xiang shi cheng!