Doa dan Ribuan Origami Burung untuk Terpidana Mati

Dipublikasikan tanggal 15 March 2015

Doa dan Ribuan Origami Burung untuk Terpidana Mati

15 Maret 2015

Gereja Katolik menolak hukuman mati. Untuk itu Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran-Perantau dari Konferensi Waligereja Indonesia merencanakan akan menyelenggarakan aksi damai pada tanggal 29 Maret 2015 di ajang Car Free Day. Mereka akan mengadakan panggung talk show dengan pembicara-pembicara: RD Paulus C Siswantoko (Sekretaris Komisi) dan Romo Prof. Dr. Magnis Suseno, SJ, dan pembicara-pembicara lain.

Kepada para tamu dan undangan akan dibagikan origami burung. Ide ini muncul dari Sr. Inoe RCJ, seorang biarawati keturunan Jepang yang sudah lama melayani di Indonesia. Origami burung digunakan di Negeri Sakura itu untuk intensi-intensi besar. Oleh sebab itu beliau mengumpulkan remaja dan kaum muda dari pelbagai paroki untuk berdoa bersama dan membuat origami burung.

Putra Putri Altar (Misdinar) Paroki St. Lukas melakukan kunjungan ke tempat kegiatan membuat origami burung di rumah Bapak Azas Tigor Nainggolan SH, MSi, ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta). Selain membuat origami burung, kaum remaja dan kaum muda juga diajak berdoa bersama dan terlibat dalam Jarihati (Jaringan Hentikan Hukuman Mati). Sejak usia dini umat Katolik harus diajarkan bagaimana mencintai kehidupan (prolife). Pada saat yang sama para misdinar Paroki St. Lukas berinteraksi dengan kelompok Bina Iman Remaja Paroki St. Yosef Matraman dan beberapa relawan dari luar negeri seperti Mexico dan Perancis.

Misdinar Paroki St. Lukas, BIR Paroki St. Yosef, Sr. Inoe, Sr. Rachel, dan relawan dari Mexico

Misdinar Paroki St. Lukas dan BIR Paroki St Yosef Didampingi Sr. Rachel dari Perancis

Indahnya Kebersamaan dalam Kristus

Sr. Inoe beserta Pasutri Tigor-Tiarlin Mengajarkan ProLife (Mencintai Kehidupan) kepada Remaja dan Kaum Muda