TRAINING OF TRAINERS

Liturgi Tingkat Dasar

Bina Liturgi Tingkat Dasar, yang disebut “Training of Trainers” telah dimulai sejak Jumat tanggal 10 April 2015. Pada hari Jumat tanggal 17 April 2015 telah memasuki sesi kedua dengan tema “Sakramen dan Sakramentali”. Narasumber pada kali ini adalah P. Robert Zonpiter Sihotang, OFMConv.

Bina Liturgi mendapat sambutan luar biasa dari umat. Hampir 150 peserta mengikutinya, sehingga Aula St. Antonius menjadi penuh sesak. P. Robert membuka sesi dengan memberi pernyataan bahwa bagi kebanyakan umat liturgi Gereja Katolik terasa begitu kaku, kering, dan tidak menarik, bahkan membosankan. Padahal Liturgi Gereja Katolik sangat kaya akan makna. Mengapa demikian? Karena umat kurang memahami liturgi.

Agar supaya liturgi dapat dilaksanakan dengan baik, perlu kiranya umat melakukan persiapan batin, misalnya doa pribadi dalam keheningan sebelum perayaan liturgi dimulai. Umat berperan sebagai pelaku liturgi dengan aktif terlibat di dalamnya. Segala tindakan liturgis misalnya: membuat tanda salib, berlutut, berdoa, berdiri, bernyanyi dll. perlu dipahami dan dilaksanakan dengan penuh penghayatan. Dalam hal ini Tim Liturgi Paroki berperan sebagai koordinator berbagai persiapan dengan pemimpin ibadat, petugas liturgi, dan seluruh umat, sehingga liturgi dapat berjalan dengan baik, indah, dan bermakna.

P. Robert juga menjelaskan tentang sakramen dan sakramentali. Kata sakramen berasal dari kata Latin sacramentum yang menerjemahkan kata Yunani mysterion. Dalam PL mysterion menunjuk kepada dinamika Allah yang menyatakan Diri-Nya atau rencana penyelamatan-Nya dalam sejarah manusia. Dalam PB mysterion berarti rencana keselamatan Allah yang diwujudkan dan terlaksana dalam Diri Yesus Kristus.

Ketujuh Sakramen Gereja merupakan pengungkapan dan pelaksanaan diri Gereja sebagai sakramen Yesus Kristus dan seluruh karya penebusan-Nya. Orang hanya dapat memahami sakramen-sakramen itu dengan baik dan tepat, apabila ia melihat sakramen-sakramen itu dalam konteks hidupnya, yaitu liturgi.  Puncak dan pusat seluruh perayaan sakramen dan seluruh liturgi Gereja adalah perayaan Ekaristi. Sesudah Ekaristi, Gereja mempunyai sakramen baptis. Sakramen baptis adalah jalan masuk atau sebagai sakramen pertama yang harus diterima oleh seseorang untuk bergabung dengan Gereja dan bisa menerima sakramen-sakramen yang lain. Oleh sebab itu sakramen Ekaristi dan sakramen baptis disebut sebagai sacramenta maiora, sedangkan sakramen-sakramen lain disebut sacramenta minora.  Pelayan sakramen adalah pelayan tertahbis: uskup, imam atau diakon.

Penerimaan sakramen berlangsung dengan pemberian suatu unsur material (materia remota) yang dilakukan dengan unsur tindakan simbolis dari pelayan (materia proxima), disertai dengan kata-kata pengudusan yang biasa disebut forma sacramenti. Sebagai contoh dalam sakramen baptis, yang menjadi materia sacramenti  adalah penuangan dengan air pada dahi atau penenggelaman ke dalam air. Forma sacramenti dalam pembaptisan adalah, “(Nama), aku membaptis engkau dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.”

Sakramentali memiliki kemiripan dengan sakramen karena dapat mengantar dan mempersiapkan umat beriman kepada sakramen-sakramen Gereja.  Misalnya pemberkatan air suci, pemberkatan dengan tanda salib pada dahi anak-anak/katekumen merupakan upacara pemberkatan dalam rangka menuju atau mengenangkan sakramen baptis. Sakramentali pertama-tama adalah doa permohonan Gereja dan pelayan sakramentali tidak harus pelayan tertahbis, melainkan juga umat awam.

Waktu juga yang akhirnya membuat P. Robert harus segera mengakhiri pelajaran. Umat masih ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan, namun terpaksa ditunda sampai minggu depan. Pelajaran berikut akan dibawakan oleh P. H. Sridanto, ketua Komisi Liturgi Keuskupan Agung Jakarta.

Kerja Keras Panitia Training of Trainers Liturgi Tingkat Dasar

Umat Diajak Ice Breaking Sebelum Pelajaran

Korbid Bidang Liturgi Pak Dion Memimpin Gerak dan Lagu

Peserta Penuh Sesak di dalam Aula

P. Robert Zonpiter Sihotang, OFMConv Menjelaskan tentang Sakramen dan Sakramentali