LAUDATO SII
Dipublikasikan tanggal 09 June 2015
LAUDATO SII
Sebuah Ensiklik “Fransiskan”
Berita paling hangat beberapa hari terakhir ini dari Vatikan adalah berita bahwa Paus Fransikus akan memaklumatkan ensikliknya yang terbaru tentang konservasi lingkungan dan perubahan iklim. Judul yang dipilih untuk ensiklik ini adalah “Laudato Sii”. Pemberian judul ini cukup mengejutkan banyak pihak, karena biasanya judul dari dokumen-dokumen gerejawi menggunakan bahasa Latin.
Ensiklik ini merupakan ensiklik kedua dari Paus Fransikus setelah “Lumen Fidei”. “Laudato Sii” merupakan kerja keras tanpa lelah dari Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian dan berulang kali diperiksa oleh Bapa Suci, sebelum akhirnya akan dipublikasikan pada tanggal 18 Juni 2015.
Ensiklik ini begitu dinanti-nantikan banyak orang, terutama dalam rangka menyambut konferensi internasional Cop21, yang akan berlangsung di Paris pada bulan November tahun ini. Seratus sembilan puluh enam negara akan berpartisipasi dalam konferensi ini untuk mencapai kesepakatan tentang perubahan iklim.
Judul ensiklik diambil dari kidung terkenal “Laudes Creaturarum” atau “il Cantico delle Creature”, ciptaan St. Fransiskus Assisi pada tahun 1226. Dalam kidung yang juga dikenal dengan nama “il Cantico di Frate Sole” (“Gita Sang Surya”) ungkapan “Sii lodato, mio Signore” (“Terpujilah Engkau Tuhanku”) muncul sebanyak delapan kali. “Laudato Sii” merupakan tema utama dari kidung ini, yang juga merupakan teks puisi tertua yang dalam kesusasteraan Italia.
Sejak terpilih menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Jorge Mario Bergoglio kerap mengungkapkan rasa hormat yang mendalam kepada orang kudus dari Assisi ini. Pada saat kanonisasi beliau, Paus Yohanes XXIII menyebut beliau sebagai homo catholicus et totus apostolicus (manusia katolik dan apostolik). St. Fransiskus mengajarkan kepada kita, manusia di zaman modern, untuk tetap mempertahankan hubungan yang akrab dengan pribadi Yesus.
Menurut catatan St. Fransiskus pernah mendiktekan sebuah pernyataan kepada P. Leone untuk disampaikan kepada Paus Inosensius III pada tahun 1209, “Kita berupaya untuk membebaskan diri dari kejahatan dan berbuat baik sampai maut menjemput. Kita bersyukur dan memuji Tuhan kita setiap hari. Dia Mahakuasa dalam Trinitas dan Unitas: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Dialah sang Pencipta segala sesuatu.”
Paus Fransiskus melakukan kunjungan pastoral ke Assisi pada tanggal 4 Oktober 2013. Dalam homili ketika memimpin misa kudus beliau berkata, “St. Fransiskus Assisi memberi kesaksian bahwa manusia harus menghormati segala ciptaan Allah dan bahwa manusia dipanggil untuk menjaga dan melindunginya. Terutama beliau memberi kesaksian bagaimana kita harus menghormati dan mengasihi setiap insan. Allah menciptakan dunia karena dunia merupakan tempat untuk bertumbuh dalam keselarasan dan damai. St. Fransiskus mengajarkan kepada kita untuk menjadi duta damai, damai yang berpangkal pada Allah, damai yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita.”
Mungkin pesan ini akan muncul dalam ensiklik “Laudato Sii”. Kita tahu bahwa Bapa Suci mencintai hal-hal kecil dan kesederhanaan. Beliau sungguh menghormati dan mencintai alam semesta sebagai gambar Allah.
Mencintai Segala Ciptaan sebagai Gambar Allah
(dari berbagai sumber)