ANTIKLIMAKS PENAMPAKAN MARIA DI MEDJUGORJE

Dipublikasikan tanggal 27 June 2015

ANTIKLIMAKS PENAMPAKAN MARIA DI MEDJUGORJE

Keputusan Takhta Suci Akan Segera Diumumkan

Seorang koresponden Vatikan membocorkan keputusan Takhta Suci tentang penampakan Bunda Maria di Medjugorje Bosnia Herzegovina. Setelah melewati proses investigasi selama bertahun-tahun, Vatikan akan segera mengumumkan bahwa tidak terjadi peristiwa-peristiwa adikodrati di tempat itu. Namun Gereja tetap mengizinkan umat beriman berziarah dan berdoa ke sana.

Meskipun Vatikan belum memberikan tanggal resmi untuk memaklumatkan keputusan Paus Fransiskus tentang hal ini, Gianluca Barile, dalam blognya “Diario di un Vaticanista” mempublikasikan bahwa pada tanggal 24 Juni 2015 Kongregasi bagi Doktrin Iman (Congregatio pro Doctrina Fidei disingkat CDF) telah mengadakan pertemuan pleno. Setelah pertemuan, Presiden CDF Kardinal Gerhard Ludwig Müller, menegaskan bahwa keputusan Gereja untuk Medjugorje adalah mengakuinya sebagai “tempat berdoa”.

Barile juga menambahkan bahwa keputusan CDF tentang fenomena-fenomena adikodrati di Medjugorje adalah “negatif”. Dengan demikian, menurut koresponden Vatikan tersebut, penampakan-penampakan Maria kepada enam orang anak kecil, yang dimulai sejak tanggal 24 Juni 1981, tidak memiliki kebenaran adikodrati. Untuk itu umat beriman dilarang untuk berpartisipasi dalam “ekstasi” keenam pelihat itu. Mereka juga dilarang untuk menyebarkan teks-teks berisi pesan yang mereka akui berasal dari Bunda Maria. Menurut keenam pelihat ini, yang sekarang sudah menjadi dewasa, pesan-pesan Maria berisi tentang perdamaian dunia, panggilan untuk pertobatan, doa, dan puasa, serta rahasia-rahasia yang menyangkut masa yang akan datang.

Menurut tulisan Barile, ketegasan Vatikan bersumber dari inkonsistensi teologis dan “kepentingan-kepentingan ekonomis” dari para pelihat, yang telah menanamkan modal dalam proyek-proyek hotel dan biro-biro perjalanan. Dalam persaingan yang tidak sehat keenam pelihat ini telah terpecah satu sama lain. Di samping itu mereka juga tidak taat kepada pejabat Gereja yang berwenang. Dengan alasan-alasan tersebut Paus Benediktus XVI menginstruksikan agar Gereja meneliti kebenaran penampakan-penampakan itu.

Salah seorang pelihat, Vicka Ivankovic, mengatakan kepada harian Italia Il Giornale, bahwa dia akan menanti dengan damai dan tenang segala keputusan Paus. Dia menyatakan taat sepenuhnya kepada Gereja dan Bunda Maria telah menyatakan kepadanya agar jangan cemas.

Keputusan terakhir terletak di tangan Paus Fransikus, setelah CDF menyerahkan laporan investigasi yang dilaksanakan. Pada hari Sabtu, 6 Juni 2015, dalam perjalanan pulang dari perjalanan ke Sarajevo, Bapa Suci menyatakan bahwa komisi Vatikan yang mempelajari penampakan Maria di Medjugorje telah “melaksanakan tugas dengan baik.” Pada bulan Maret 2010, di masa Paus Benediktus XVI, CDF membentuk Komisi Internasional untuk meneliti Medjugorje, yang dipimpin oleh Kardinal Camillo Ruini.

Pada misa harian tanggal 9 Juni 2015 Paus Fransikus dalam homilinya di Kapel Casa Santa Marta kembali menyinggung tentang masalah ini. Beliau menegaskan bahwa masih banyak umat beriman yang belum merasa terpilih dan terurapi dengan Roh. Mereka selalu mencari “hal-hal baru” dan menantikan “surat-surat” dari Bunda Maria. Perilaku ini tidak menunjukkan identitas Kristiani. Sabda Allah yang terakhir bernama “Yesus” dan bukan hal lain, demikian Bapa Suci menegaskan.

 

Gereja dan Patung Maria di Medjugorje

Paus Fransiskus dan P. Federico Lombardi 

(dari berbagai sumber)