YA TUHANKU DAN ALLAHKU!

Dipublikasikan tanggal 03 July 2015

YA TUHANKU DAN ALLAHKU!

Meneladani St Thomas Rasul

St. Thomas Rasul selalu diingat sebagai rasul yang ragu akan kebangkitan Yesus. Injil tidak menyajikan banyak keterangan tentang rasul ini. Nama Thomas berarti “kembar”. Menurut tradisi kuno dikisahkan bahwa Santo Thomas Rasul menjadi martir di India pada tanggal 3 Juli tahun 72 M. Nampaknya di tahun-tahun terakhir hidupnya dia mewartakan Injil di Persia dan India. Thomas dipanggil juga Didimus. Pada zaman itu banyak orang Yahudi memiliki dua nama: nama Ibrani dan Yunani. Thomas adalah nama Ibrani, sedangkan nama Yunaninya adalah Didimus. Tentang Thomas, Injil hanya mencatat tiga kisah, dan semuanya dicatat dalam Injil Yohanes.

 Ikon St. Thomas Rasul

Kisah pertama menceritakan tentang rencana Yesus kembali ke Yerusalem karena mendapat kabar bahwa Lazarus sakit keras. Para rasul merasa takut dengan risiko yang akan dihadapi oleh Yesus, bila dia kembali ke Yerusalem. Mereka baru saja menyingkir ke seberang Yordan (Yoh 10:40) setelah orang-orang Yahudi berupaya untuk merajam dan menangkap Yesus. Namun, Thomas berpendapat lain.

Lalu Thomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” (Yoh 11:16)

Keberanian Thomas patut diacungkan jempol. Dia tidak mau meninggalkan Yesus, apa pun risiko yang harus dihadapi.

Kisah kedua terjadi pada perjamuan terakhir. Yesus bersabda kepada para rasulnya, “Ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” (Yoh 14:4). Kata Thomas kepada-Nya, “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi, jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?”. (Yoh 14:5)  Para murid gagal untuk memahami bahwa jalan yang harus dilalui oleh Yesus adalah Salib-Nya, namun mereka semua memilih untuk diam. Hanya Thomas satu-satunya murid Yesus yang berani menyuarakan apa yang dipikirkannya.  Tanpa ragu Thomas bertanya kepada Yesus tentang apa yang tidak dipahaminya. Dia menanggapi dengan serius apa yang dikatakan oleh gurunya. Maka Thomas mendapatkan jawaban yang luar biasa dari Putera Allah.

Kata Yesus kepadanya, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6)

Yesus menjelaskan bahwa Dialah jalan menuju Bapa, menuju kebenaran dan hidup. Jalan menuju Bapa adalah dengan mengikuti Yesus. Kita patut bersyukur bahwa dengan keberanian Thomas bertanya kepada Yesus, kita semua memperoleh jawabannya.

Kisah ketiga adalah kisah yang paling terkenal tentang Thomas. Umat beriman mengingat Thomas sebagai rasul yang ragu-ragu. Ketika Yesus yang bangkit menampakkan diri kepada para rasul, Thomas tidak ada bersama-sama dengan mereka. Murid-murid yang lain berkata kepadanya, “Kami sudah melihat Tuhan!” Tetapi Thomas menjawab, “Kalau saya belum melihat bekas paku pada tangan-Nya dan belum menaruh jari saya pada bekas-bekas luka paku itu dan belum menaruh tangan saya pada lambung-Nya, sekali-kali saya tidak mau percaya.” Delapan hari kemudian murid-murid Yesus ada lagi di tempat itu, dan Thomas hadir juga. Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka. Kemudian Yesus berkata kepada Thomas, “Lihatlah tangan-Ku, dan taruhlah jarimu di sini. Ulurkan tanganmu dan taruhlah di dalam lambung-Ku. Jangan ragu-ragu lagi, tetapi percayalah!” Thomas berkata kepada Yesus, “Tuhanku dan Allahku!”. Maka Yesus berkata kepadanya, “Engkau percaya karena sudah melihat Aku, bukan? Berbahagialah orang yang percaya meskipun tidak melihat Aku.” (bdk Yoh 20:24-29)

 

 The Incredulity of St. Thomas - Caravaggio

Wajarlah kalau Thomas ragu. Dengan merenungkan kisah pertama dan kedua, dapat dipastikan bahwa Thomas sangat mempercayai dan mengasihi Yesus. Hatinya pasti terpukul dengan wafat Yesus, oleh sebab itu dia memisahkan diri dari murid-murid yang lain. Mungkin itulah sebabnya Thomas tidak berada bersama-sama dengan murid-murid yang lain, ketika Yesus yang bangkit menampakkan diri kepada mereka untuk pertama kalinya. Thomas pun sulit mempercayai pemberitahuan dari teman-temannya. Dia tidak ingin dikecewakan untuk kedua kalinya.

Jadi, Thomas bersalah karena memisahkan diri dari murid-murid yang lain. Dengan memisahkan diri dari komunitas umat beriman, iman seseorang mudah goyah. Namun, Thomas juga cukup hati-hati dengan tidak mudah percaya.  Maka, dia ingin mengalami sendiri perjumpaan dengan Yesus. Ketika berjumpa dengan Yesus, Thomas hanya bisa mengutarakan imannya, “Tuhanku dan Allahku”. Iman itulah yang membawanya dalam pewartaan Injil sampai mati sebagai martir demi iman akan Yesus yang bangkit. Thomas harus mewartakan kepada semua orang bahwa “berbahagialah orang yang percaya meskipun tidak melihat Yesus".

Hanya itulah catatan alkitabiah tentang St. Thomas Rasul. Selebihnya kita dapat saja membaca kisah-kisah tentang Thomas dalam tulisan apokrif “Kisah Thomas” (Acts of Thomas). Kitab ini diyakini berasal dari awal abad ketiga. Kisah Thomas terbagi menjadi beberapa kisah dan ditutup dengan cerita tentang kematiannya sebagai martir. Dalam Kisah Thomas dicatat bahwa dia adalah seorang tukang kayu. Ketika para murid membagi-bagi wilayah penginjilan, Thomas mendapat undian untuk mewartakan Injil di India. Kisah Thomas juga mencatat bahwa Tuhan pernah menampakkan diri kepada sepasang suami isteri pengantin baru dalam rupa Thomas dan Dia memperkenalkan diri sebagai “saudara” Thomas. Mungkin dari situ asal usul nama Thomas atau Didimus, yang berarti "kembar". Menurut kitab ini, Thomas meninggal dengan cara ditikam dengan tombak oleh empat orang prajurit.

 

St. Thomas Rasul Wafat sebagai Martir

Di India terdapat tiga tempat peziarahan yang dikaitkan dengan St. Thomas, semuanya berada di wilayah Chennai. Pertama, Basilika Santhome, di mana terdapat situs yang diyakini sebagai makam St. Thomas. Kedua, Little Mount, sebuah bukit kecil yang diyakini sebagai tempat tinggal St. Thomas ketika mewartakan Injil di India. Di sana terdapat sebuah gua yang konon merupakan tempat persembunyian St. Thomas, ketika dia dikejar-kejar oleh musuh-musuhnya. Gua itu masih terpelihara sampai sekarang. Ada sebuah situs batu dengan cap telapak tangan serta sebuah jendela di dalam gua. Menurut kepercayaan penduduk setempat, telapak tangan yang tercetak di atas batu itu adalah milik St. Thomas dan beliau pernah melarikan diri melalui jendela itu. Ketiga, St. Thomas Mount, situs yang diyakini sebagai tempat di mana St. Thomas dibunuh sebagai martir.

Tempat-tempat Peziarahan di India yang dikaitkan dengan St. Thomas

Meski selalu diingat karena keraguannya akan kebangkitan Yesus, St. Thomas Rasul sesungguhnya memberi banyak teladan kepada kita. Pertama, St. Thomas mengajarkan kepada kita, bahwa kita tidak boleh meninggalkan Yesus, apa pun alasan dan risikonya.  Kedua, St. Thomas memberi contoh kepada kita agar tidak ragu bertanya demi memahami iman yang sesungguhnya. Ketiga, dia menegaskan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah. Tidak ada orang lain yang pernah menyatakan iman kepada Yesus dengan cara yang lebih agung. Di samping itu pengalaman hidup Thomas juga membuktikan bahwa sebagai pengikut Kristus kita tidak boleh memisahkan diri dari komunitas umat beriman. Iman tumbuh dengan subur dalam persaudaraan umat beriman. Sebaliknya iman mudah goyah apabila kita jauh dari saudara-saudara seiman.