PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN DALAM INJIL MATIUS
Dipublikasikan tanggal 27 July 2015
PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN DALAM INJIL MATIUS
Matius 13
Injil Matius adalah kitab bergaya Yahudi. Jemaat Matius, meskipun bukan suatu jemaat fundamentalis Yahudi, masih dekat dengan masyarakat dan agama Yahudi. Oleh karenanya Mat memberi tekanan khusus pada Perjanjian Lama dan Hukum Taurat. Wejangan-wejangan Yesus dalam Mat dikelompokkan menjadi lima bagian, mirip dengan lima kitab Taurat:
- 5-7 Khotbah di bukit
- 10 Khotbah pengutusan
- 13 Perumpamaan-perumpamaan
- 18 Khotbah tentang hidup berjemaat
- 24-25 Khotbah tentang akhir zaman.
Yesus sering menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk melukiskan ajarannya (7:24-27; 9:15-17; 11:16-19; 12:43-45). Ketegangan dengan pimpinan Yahudi, khususnya kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat (9:9-17; 12:1-15,22-42), membuat Yesus lebih kerap lagi menggunakan perumpamaan-perumpamaan. Mat 13 berisikan wejangan Yesus yang ketiga dan patut disimak bahwa Injil hari Minggu biasa ke 15, 16, dan 17 Tahun A semuanya diambil dari kumpulan perumpamaan Yesus yang terdapat dalam Mat 13. Demikian pula bacaan Injil harian pada hari Kamis, Jumat, Senin, dan Selasa, tanggal 23, 24, 27, dan 28 Juli 2015. Rupanya setiap pelayan firman harus memahami sedikit banyak tentang seni perumpamaan.
Mat menyusun wejangan ketiga Yesus dalam struktur yang konsentrik:
A. ay 1-2 : Pengantar
B. ay 3-9 : Perumpamaan I kepada orang banyak
C. ay 10-23 : Penjelasan
D. ay 24-33 : Perumpamaan II, III, IV kepada orang banyak
E. ay 34-43 : Penjelasan
D’. ay 44-48 : Perumpamaan V, VI, VII kepada murid-murid
C’. ay 49-51 : Penjelasan
B’. ay 52 : Perumpamaan VIII kepada murid-murid
A’. ay 53 : Penutup
Perumpamaan-perumpamaan dalam Mat 13
Dengan demikian Mat 13 dapat dibagi menjadi dua bagian yang masing-masing terdiri dari empat perumpamaan. Bagian pertama ditujukan kepada orang banyak, sedangkan bagian kedua ditujukan kepada murid-murid. Dalam setiap bagian satu perumpamaan terpisah dari tiga perumpamaan yang lain. Bagian sentral antara bagian pertama dan kedua (bagian E) menjelaskan fungsi perumpamaan dan menjelaskan salah satu perumpamaan.
Perumpamaan (Yun. parabole atau Ibr. mashal) memiliki bermacam-macam arti: bisa perbandingan, kiasan, dongeng dll. Para ahli sependapat bahwa perumpamaan hanya bertujuan menyampaikan atau menyoroti satu pokok masalah saja. Dalam penjelasan tentang perumpamaan misalnya tentang seorang penabur atau lalang di antara gandum, Yesus menjelaskannya dengan gaya bahasa alegoris, di mana masing-masing unsur dari perumpamaan memiliki makna.
Dilihat dari isi perumpamaan, kedelapan perumpamaan dalam Mat bab 13 dapat dipasang-pasangkan menjadi empat pasang perumpamaan dengan ciri khas masing-masing:
- Perumpamaan I tentang seorang penabur dan perumpamaan II tentang lalang di antara gandum, berhubungan dengan tanam-menanam.
- Perumpamaan III tentang biji sesawi dan perumpamaan IV tentang ragi, berbicara tentang pertumbuhan yang menakjubkan.
- Perumpamaan V tentang harta tersembunyi dan perumpamaan VI tentang mutiara berbicara tentang nilai.
- Perumpamaan VII tentang jala dan perumpamaan VIII tentang tuan rumah mengacu kepada tugas-tugas yang diemban oleh murid-murid Kristus
Maksud tersembunyi dalam perumpamaan-perumpamaan adalah:
- Menyampaikan suatu rahasia tentang Kerajaan Surga
- Rahasia ini agung dan tidak diberikan kepada setiap orang
- Rahasia ini dibuka hanya bagi orang beriman, yang disebut mendapat karunia untuk mengerti
- Hanya yang mendapat karunia mengerti rahasia itu, bagi orang lain perumpamaan menjadi bahasa yang tidak jelas. Siapakah mereka? Orang-orang yang tegar hati.
Perumpamaan tentang penabur
Perumpamaan ini berbicara tentang salah satu rahasia Kerajaan Surga yaitu tentang peristiwa yang terjadi dengan firman Allah (firman Kerajaan Surga) yang telah diwartakan. Ada banyak firman tentang Kerajaan Surga, tetapi apa yang terjadi dengan manusia yang menanggapinya? Firman Allah memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi ada yang gagal untuk menghasilkan buah. Mengapa hal ini bisa terjadi?
- Karena ada yang tidak mengertinya! Tanpa pengertian tentang firman Allah, manusia tidak akan menghasilkan buah. Mengerti firman terjadi melalui hati dan iman. Terhadap orang yang tidak mengerti si jahat dengan mudah sekali datang dan menjauhkannya dari Allah. Itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
- Karena ada ketakutan akan penganiayaan karena firman. Hati yang takut memiliki iman sedikit sekali dan lekas goyah. Ketakutan membuat orang lekas murtad dan menyangkal Kristus. Itulah benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu.
- Karena ada kekhawatiran akan hidup dan tipu muslihat kekayaan dan kenikmatan. Semuanya itu bagaikan semak duri yang mencekik pertumbuhan firman.
Perumpamaan tentang penabur bercerita tentang berbagai tanggapan manusia terhadap pewartaan firman Kerajaan Surga. Tetapi meskipun menghadapi kegagalan-kegagalan, penabur berhasil!
Perumpamaan tentang lalang di antara gandum
Lalang Palestina begitu mirip dengan gandum sehingga sulit dibedakan satu sama lain. Keduanya baru bisa dibedakan pada waktu berbulir karena bulir lalang berwarna kehitam-hitaman. Oleh karenanya para pekerja terkejut dan menjadi marah ketika pada waktu berbulir, mereka mendapati bahwa ada lalang tumbuh di tengah ladang gandum. Mereka ingin segera mencabut lalang itu, tetapi dilarang oleh pemilik ladang. Ada bahaya dengan mencabut lalang-lalang itu sekarang ini juga, gandumnya juga akan ikut tercabut. Mereka harus menunggu waktu panen. Pada saat itulah lalang-lalang itu boleh disabit dan dikumpulkan untuk dibakar.
Banyak orang ingin mengubah dunia menjadi surga secepat-cepatnya dengan jalan kekerasan. Namun ternyata pembasmian orang berdosa dengan jalan kekerasan secara cepat bisa membahayakan kehidupan masyarakat sendiri. Orang benar bisa ikut menjadi korban.
Perumpamaan tentang biji sesawi
Meskipun biji sesawi kecil, tetapi dari biji yang kecil itu dapat tumbuh suatu tanaman yang besar (10-12 kaki) bahkan menjadi pohon yang besar sehingga menjadi sarang burung-burung. Beberapa teks Perjanjian Lama menggunakan kiasan pohon dengan burung-burung yang bernaung di bawah cabang-cabangnya untuk melukiskan Kerajaan Allah (Hak 9:15; Mzm 104:12; Yeh 17:22-24; 31:3-14; Dan 4:7-23)
Pewartaan Yesus dianggap kecil oleh pimpinan Yahudi. Namun dari awal yang kecil inilah akan tumbuh kerajaan besar yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama.
Perumpamaan tentang ragi
Ragi biasa diartikan secara negatif; pada hari Paskah orang Yahudi harus membuang semua sisa ragi. Dalam Mat 16:6 Yesus mengingatkan murid-muridnya agar berjaga-jaga dan waspada terhadap ragi orang Farisi dan Yahudi.
Namun dalam perumpamaan ini ragi, yang ukurannya kecil dapat membuat tepung terigu dalam ukuran besar yakni tiga sukat mengembang. Pengaruhnya luar biasa dan terjadi secara tidak kelihatan. Ukuran tepung tiga sukat juga digunakan oleh Sara untuk menjamu tamu-tamunya (Kej 18:6), oleh Gideon untuk menjamu malaikat Allah (Hak 6:19) dan oleh Hana ketika mempersembahkan Samuel di tempat ibadat (1 Sam 1:21).
Seorang pewarta harus membuang jauh-jauh mental minoritas, karena Kerajaan Surga bukanlah pekerjaan manusia, melainkan pekerjaan Allah, yang dilaksanakan secara penuh rahasia.
Perumpamaan tentang harta terpendam
Kerajaan Surga sama dengan harta yang sangat berharga, yang ditemukan orang secara tidak terduga. Begitu berharganya sampai orang yang menemukannya mengorbankan segala miliknya untuk memperoleh harta tersebut. Orang-orang Yahudi yang menemukan Kerajaan Allah dalam diri Yesus harus mau berkorban supaya mendapat bagian dalam kerajaan Surga.
Perumpamaan tentang mutiara
Mirip dengan perumpamaan sebelumnya, kerajaan Surga bisa dibandingkan dengan mutiara yang indah, yang dicari orang dan sekali ditemukan, orang pasti akan menjual segala harta miliknya untuk memperolehnya.
Perumpamaan tentang jala
Perumpamaan ini mirip dengan perumpamaan tentang lalang di antara gandum. Kerajaan Surga di dunia ini seperti ikan yang ditangkap dengan jala di laut lepas. Pasti ikan yang tidak baik juga bisa ikut tertangkap. Orang tidak dapat memilih-milih ikan yang mau ditangkap, dengan demikian pewartaan firman Allah harus diterima sebagai suatu risiko. Tugas nelayan sekarang ialah mengumpulkan ikan yang baik, sedang yang buruk dibuang. Nelayan adalah murid-murid Yesus. Mereka harus mewartakan kabar baik tanpa pandang bulu. Pemilihan yang baik dan yang buruk adalah hak dan wewenang Allah sepenuhnya pada akhir zaman.
Perumpamaan tentang tuan rumah
Dalam ay ke-52 ahli Taurat adalah setiap orang yang telah menerima pelajaran tentang Kerajaan Surga dari Yesus. Dengan demikian mereka memiliki perangkat yang semakin lengkap. Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya (Mat 5:17). Murid-murid Yesus dituntut untuk mewartakan kebenaran-kebenaran yang terdapat di dalam Taurat dan juga yang diajarkan oleh Yesus.
Daftar Pustaka:
- Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Dr. C. Groenen OFM, Kanisius, 1984
- Tafsir Injil Matius, Stefan Leks, Kanisius, 2003
- Homili Tahun A Masa Khusus Masa Biasa, Dr. Berthold Anton Pareira, O. Carm, Dioma, 2004