PENGGANDAAN ROTI
Dipublikasikan tanggal 03 August 2015
PENGGANDAAN ROTI
Mukjizat atau Euforia Berbagi?
Tidak diragukan lagi bahwa kisah penggandaan roti merupakan cerita yang paling berurat akar dalam sejarah Gereja. Kisah ini menjadi gaung yang paling bergema dalam pewartaan Gereja. Kisah ini pun paling menumbuhkan iman dalam hati para rasul dan murid-murid Yesus. Buktinya, keempat penginjil satu suara menuliskan kisah ini dalam injil mereka. Penggandaan roti adalah satu-satunya mukjizat yang tercatat dalam keempat injil. Ada enam kisah penggandaan roti. Mat dan Mrk menceritakan dua kisah penggandaan roti (Mat 14:13-21, 15:32-39, Mrk 6:30-44, 8:1-10) , sedangkan Luk dan Yoh menulis masing-masing satu kisah penggandaan roti (Luk 9:10-17, Yoh 6:1-13).
Kisah ini berlatar belakang nubuat PL. Penggandaan roti yang dilakukan oleh Yesus menandakan bahwa zaman Mesianik telah tiba. Mesias menanggapi semua kebutuhan manusia. Untuk itu, kisah-kisah mukjizat penyembuhan tidaklah cukup. Perjanjian Lama mencatat kisah dua orang nabi, Elia dan Elisa, yang juga mengadakan penggandaan roti (1 Raj 17:7-16; 2 Raj 4:42-44). Namun, kisah penggandaan roti yang dilakukan oleh Yesus tidak sekedar bermaksud untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Elia baru atau Elisa baru.
Ada pula yang mencoba menafsirkan sebagai berikut. Yesus tidak pernah menggandakan roti. Yang terjadi adalah bahwa wejangan Yesus sangat menyentuh perasaan semua yang hadir, sehingga mereka tergerak untuk mengeluarkan bekal mereka dan saling berbagi. Apalagi, inisiatif pertama berasal dari seorang anak. Lima roti dan dua ikan adalah bekal untuk dua orang untuk satu hari. Meskipun semangat “membagi dan berbagi” merupakan tema yang banyak dibahas dalam Kitab Suci, namun jelas tidak ditemukan dalam kisah ini. Apabila Yesus hanya diyakini sebagai penular “semangat berbagi”, runtuhlah makna terdalam yang ingin disampaikan oleh para penginjil.
Lalu, bagaimana cara terbaik untuk memahami kisah ini? Semuanya menjadi sangat jelas dalam dua khotbah Yesus, yang menjelaskan makna penggandaan roti dalam Yoh: wejangan tentang roti kehidupan (Yoh 6:29-51) dan wejangan tentang ekaristi (Yoh 6:51-58). Seperti khas dalam Yoh, setiap kisah mukjizat diberi nama “tanda”. Apa makna sebuah “tanda” dalam Yoh? Dalam Yoh 20:30-31 penginjil mencatat maksudnya menulis injil tersebut. Ada dua maksud yang ingin dicapai oleh penginjil: supaya manusa percaya bahwa Yesus adalah Mesias dan supaya manusia dengan imannya memperoleh hidup dalam nama-Nya.
Penggandaan roti adalah sebuah tanda. Tanda ini membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Apa yang menjadi makna dari tanda itu? Tidak lain bahwa Yesus adalah roti kehidupan, yang dapat memuaskan segala jenis lapar dan dahaga. Yesus bersabda,
“Akulah roti kehidupan; siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi.” (Yoh 6:35)
Penggandaan roti adalah pewahyuan Allah dan tanggapan yang diminta oleh Allah dari manusia adalah iman. Iman berarti percaya kepada Sabda Allah, yaitu Yesus. Manusia dituntut untuk menerima Yesus sebagai Wahyu Allah. Dia adalah Sabda, dan Dia adalah roti, yang turun dari surga serta memberi hidup kepada dunia. Yesus adalah jawaban terhadap segala kebutuhan dan pengharapan manusia. Kisah penggandaan roti dapat dianggap sebagai sebuah ringkasan sejarah keselamatan. Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia, dan hal ini dilakukan di dalam Anak. Namun, inisiatif Allah ini perlu ditanggapi oleh manusia dalam iman.
Wejangan tentang roti kehidupan, yang menekankan tentang pentingnya iman, menjadi persiapan yang tepat untuk wejangan tentang ekaristi (Yoh 6:51-58). Yesus bersabda,
“Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (Yoh 6:51)
Wejangan tentang roti kehidupan selanjutnya mengungkapkan realitas sakramental: ekaristi. Yesus menekankan pentingnya manusia makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Dia menegaskan,
“Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunya hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:54)
Mungkin tidak pernah kita sadari bahwa bacaan Injil dua hari Minggu terakhir (Minggu biasa XVII dan XVIII) diambil dari Yoh 6:1-15 dan Yoh 6:24-35, yang mengisahkan tentang penggandaan roti. Demikian pula bacaan Injil hari ini diambil dari Mat 14:13-21, yang berbicara tentang hal yang sama. Gereja tidak pernah akan puas mewartakan bahwa Yesus adalah roti yang turun dari surga dan memberi hidup kepada manusia.
Yesus Menggandakan Roti dan Ikan
Mosaik Lima Roti dan Dua Ikan di Gereja Penggandaan Roti dan Ikan di Israel