EVANGELISASI
Dipublikasikan tanggal 10 August 2015
EVANGELISASI
Tanggung Jawab Seluruh Umat Kristiani
Evangelisasi atau menginjili berarti memberi kesaksian, dengan cara yang sederhana dan langsung, tentang Allah yang diwahyukan dalam Yesus Kristus melalui Roh Kudus. Memberi kesaksian bahwa Allah mengasihi dunia dalam Sabda yang menjadi daging dan memanggil manusia untuk memperoleh hidup yang kekal.
Evangelisasi harus selalu berpusat pada pewartaan bahwa Yesus Kristus, Putra Allah yang menjadi manusia, wafat dan bangkit, dan dengan demikian mengaruniakan keselamatan kepada semua orang, sebagai anugerah rahmat dan kerahiman Allah. Evangelisasi juga mewartakan pengharapan akan janji-janji Allah melalui perjanjian baru dalam Yesus Kristus. Evangelisasi mewartakan kasih antara Allah dan manusia serta kasih antara sesama, kemampuan untuk memberi dan mengampuni, membantu sesama sebagai perwujudan kasih Allah, Ini adalah inti dari Injil.
Paus Paulus VI dalam anjuran apostoliknya juga menyatakan bahwa "Soal ’bagaimana mewartakan Injil’ tetap relevan, sebab metode-metode pewartaan berbeda-beda menurut majemuknya situasi masa, tempat dan kebudayaan, dan karena serta-merta cara-cara itu mengajukan tantangan tertentu kepada kemampuan kita untuk menemukan sesuatu dan mengadakan penyesuaian.” (Evangelii Nuntiandi 40)
Metode-metode Evangelisasi
Dalam dokumen yang sama, Bapa Suci menawarkan metode-metode utama evangelisasi. Berikut adalah ringkasan dari butir-butir yang paling penting.
Kesaksian Hidup
Contoh dan teladan selalu menjadi metode pengajaran yang efektif. Bentuk pertama dari evangelisasi Gereja adalah kesakian hidup Kristiani yang sejati. Hidup kita harus mencerminkan iman akan Yesus Kristus, kemerdekaan dari hal-hal duniawi dan keterikatan kepada hal-hal rohani.
Kotbah yang Hidup
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma menjelaskan bahwa iman timbul dari pendengaran. “Bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakannya? … Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Rom 10;14, 17) Meskipun masyarakat modern kurang mempedulikan wejangan atau pidato, kotbah dan pewartaan Injil secara lisan tetap sangat dibutuhkan dalam evangelisasi. Jangan meremehkan tantangan ini! Sebaliknya kita harus menyadari bahwa kesaksian hidup kita, ditambah dengan kotbah yang efektif, akan menarik banyak jiwa kepada Allah.
Liturgi Sabda
Homili yang merupakan perlengkapan penting dan tepat untuk evangelisasi harus didukung dengan Sabda Allah. Kotbah di tengah-tengah perayaan Ekaristi ini, pasti memiliki tempat istimewa dalam evangelisasi, sejauh homili/kotbah ini mengungkapkan iman yang mendalam dan diresapi dengan kasih.
"Marilah kami tambahkan, bahwa berkat pembaharuan liturgi itu juga perayaan Ekaristi bukan satu-satunya saat yang cocok bagi homili. Homili harus mendapat tempat dan tidak boleh diabaikan dalam perayaan semua sakramen, pada upacara-upacara para-liturgi, dan pada pertemuan-pertemuan umat beriman. Homili selalu akan membuka kesempatan istimewa untuk menyampaikan sabda Tuhan.” (Evangelii Nuntiandi 43)
Katekese
Seperti diungkapkan oleh Santo Yohanes Paulus II dalam anjuran apostoliknya, "Penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu tugasnya yang amat penting. Sebab sebelum Kristus naik menghadap Bapa-Nya sesudah kebangkitan-Nya, Ia menyampaikan kepada para rasul perintah-Nya yang terakhir, yakni menjadikan semua bangsa murid-murid-Nya dan mengajar mereka mematuhi segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya. … Tidak lama kemudian istilah ‘katekese’ digunakan untuk merangkum seluruh usaha dalam Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat mengimani bahwa Yesus itu Putera Allah, supaya dengan beriman mereka beroleh kehidupan dalam nama-Nya, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam perihidup ini, dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus. Tidak pernah Gereja berhenti mencurahkan tenaganya untuk menunaikan tugas itu.” (Cathechesi Tradendae 1)
Oleh karena itu, perlu disadari pentingnya mencetak katekis-katekis yang baik dan melaksanakan pelayanan ini sebagai panggilan sejati.
Media Komunikasi
Dewasa ini, kemajuan teknologi telah melahirkan media komunikasi sosial yang semakin berkembang. Internet dan penggunaan jaringan sosial menyebabkan komunikasi menjadi semakin meluas. Gereja memanfaatkan media komunikasi sosial untuk menginjili dan mengajak semua umat Allah untuk melakukan hal yang sama.
Paus Benediktus VI, pada kesempatan Hari Komunikasi Sosial ke-45 (5 Juni 2011) menegaskan bahwa "jika dipergunakan dengan bijaksana, teknologi komunikasi baru dapat memberikan sumbangsih bagi pemenuhan kerinduan akan makna, kebenaran dan kesatuan yang tetap menjadi cita-cita terdalam setiap manusia.” Beliau melanjutkan, "Memaklumkan Injil melalui media baru berarti tidak sekedar memasukkan isi religius secara terbuka ke dalam berbagai pentas media, tetapi menjadi saksi setia di dunia digital itu sendiri dan cara seseorang mengkomunikasikan pilihan-pilihan, apa yang utama, serta keputusan-keputusan yang sepenuhnya selaras dengan Injil … Selanjutnya, benar juga bahwa di dalam dunia digital pesan tak dapat disampaikan tanpa disertai dengan kesaksian yang konsisten dari pihak yang meyampaikannya.”
Dengan menggunakan media komunikasi secara benar, kita dapat membawa Kabar Baik kepada mereka yang disebut oleh Santo Yohanes Paulus II sebagai "benua baru" dari Internet.
Sakramen-sakramen
Evangelisasi tidak hanya berwujud pewartaan dan pengajaran, tetapi harus mengarah pada kehidupan: kehidupan yang bermakna baru berkat perspektif evangelisasi. Kehidupan baru ini menemukan perwujudannya yang penuh dalam ketujuh sakramen. Ketujuh sakramen ini menyinarkan rahmat dan kekudusan secara mengagumkan.
Kontak Pribadi
Penerusan Injil dari mulut ke mulut sangat dibutuhkan. Yesus Kristus sendiri kerap memanfaatkan metode tersebut. Dalam Kitab Suci ditemukan ayat-ayat yang menunjukkan percakapan Yesus dengan Nikodemus, Zakheus, perempuan Samaria, Simon orang Farisi, dan para rasul. Pada dasarnya tidak ada cara yang lebih baik untuk meneruskan firman Allah, selain dengan menyampaikan kepada orang lain pengalaman iman kita sendiri.
Gereja Misionaris
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma bertanya, "Bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang tapa memberitakannya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’” (Rom 10:14-15)
Dalam konteks ini, layak kita bertanya kepada diri sendiri: siapa yang wajib mewartakan Injil? Konsili Vatikan II telah memberikan jawaban yang jelas: "Gereja diberi perintah ilahi untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil kepada segala makhluk". Dalam teks-teks lain dijelaskan: "Seluruh Gereja adalah misionaris, dan karya evangelisasi adalah tugas pokok dari umat Allah." Ketika Gereja mewartakan tentang Kerajaan Allah dan membangunnya, Gereja tampil di panggung dunia sebagai tanda bahwa kerajaan ini sudah hadir dan akan datang dalam kepenuhannya.
Roh Kudus
Anjuran Apostolik jelas dalam menjelaskan bahwa "Kita hidup dalam Gereja pada saat Roh yang istimewa. Di mana pun orang-orang berusaha mengenal-Nya makin baik, seperti diwahyukan oleh Kitab Suci. Mereka berbahagia menaruh diri di bawah inspirasi-Nya. Mereka berkumpul di sekitar-Nya. Mereka hendak membiarkan diri dituntun oleh-Nya. Nah, kalau Roh Allah mempunyai tempat yang istimewa dalam seluruh kehidupan Gereja, apa lagi dalam misi Gereja untuk mewartakan Injil. Ia paling aktif. Bukan kebetulan saja permulaan agung evangelisasi berlangsung pada pagi hari Pentekosta, berkat inspirasi Roh.
Perlu dikatakan bahwa Roh Kuduslah Pelaku utama evangelisasi: Dialah yang mendorong tiap orang supaya mewartakan Injil; Dia pula yang di lubuk hati orang-orang menyebabkan sabda keselamatan diterima dan dimengerti. Akan tetapi dapat dikatakan juga, bahwa Dialah tujuan pewartaan Injil. Dialah satu-satunya yang membangkitkan ciptaan baru, umat manusia baru yang harus berbuah-hasil dalam pewartaan Injil, dengan kesatuan dalam kemacam-ragamannya, yang mau dicapai melalui evangelisasi dalam jemaat Kristiani. Berkat karya Roh Kudus Injil memasuki hati dunia; sebab Dialah yang membimbing umat menjalankan penegasan terhadap tanda-tanda zaman, yang dikehendaki oleh Allah. Pewartaan Injil menyingkapkan dan memanfaatkan tanda-tanda itu dalam sejarah.” (Evangelii Nuntiandi 75)
Berakar - Bertumbuh - Menuai Hikmah
Wefie P. Yakub dan P. Robert bersama Ratusan Alumni Kursus Evangelisasi Pribadi
(Reuni Penuh Warna, 8 Agustus 2015, ICC MGK Kemayoran) - foto: Kevin