SELAMAT HARI ULANG TAHUN, BUNDA MARIA!

Dipublikasikan tanggal 08 September 2015

SELAMAT HARI ULANG TAHUN, BUNDA MARIA!

Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria, 8 September 2015

Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria diperkenalkan oleh Paus Sergius I (abad VII). Gereja-gereja Timur lebih dahulu merayakan pesta ini, seperti dibuktikan oleh tradisi adanya himne “Romano il Melode” tentang kelahiran Santa Perawan Maria pada abad V. Demikian pula Andreas, Uskup Kreta, pada abad VI-VII mempersembahkan empat buah diskursus tentang kelahiran Maria. Gereja St. Anna di Yerusalem dibangun di atas reruntuhan sebuah gereja yang pernah didedikasikan kepada kelahiran Bunda Maria. Maka, pada tahun 603 Patriarkh Sofronio menegaskan bahwa di sanalah tempat kelahiran Bunda Maria.

Kelahiran Santa Perawan Maria sangat berkaitan dengan kedatangan Mesias, yang dijanjikan oleh Allah untuk menyelamatkan manusia. Kisah ini tidak tercatat dalam Kitab Suci, melainkan dalam beberapa tradisi misalnya kitab apokrif De Ortu Virginis (Mengenai Kelahiran Sang Perawan) dan Protevangelium of James (Proto-injil Yakobus). Menurut Proto-injil Yakobus, Bunda Maria lahir dari pasutri St. Yoakhim dan St. Anna. Kedua orang ini dianugerahi keturunan pada usia lanjut, sehingga mereka bernazar bahwa apabila mereka diberi keturunan, mereka akan menyerahkannya kepada Allah untuk dijadikan pelayan-Nya seumur hidup.

Mengapa dipilih tanggal 8 September? Menurut De Ortu Virginis, Anna mengandung Maria pada bulan Mei dan melahirkannya empat bulan kemudian, yakni bulan September. Selain itu, menurut Monologium Basilianum, Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria membuka tahun liturgi bizantin, yang akan ditutup dengan Pesta Dormition (Tertidurnya Maria) pada bulan Agustus.

Ada beberapa hal dapat direnungkan pada hari Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria yang dirayakan hari ini:

  1. Mat 1:16 mencatat bahwa, “Yusuf, suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.” Kelahiran Maria mempersiapkan saat kedatangan Kerajaan Daud yang kekal atau Kerajaan Allah. Kelahirannya juga membentuk rahim manusia yang akan mewujudkan Sabda yang menjadi daging.
  2. Menghormati kelahiran Bunda Allah berarti membawa manusia kepada makna sejati dari Penjelmaan Sang Sabda. Merenungkan kelahiran Maria tidak semata-mata memahami kisah-kisah tradisi seperti yang ditulis dalam kitab-kitab aprokrif, melainkan memahami langkah penting yang diambil oleh Allah demi mewujudnyatakan rencana kasih-Nya.
  3. Maria adalah Bait Allah baru, Bait Sang Sabda yang menjadi daging. Raja Salomo merayakan pentahbisan Bait Suci yang terbuat dari batu dengan penuh khidmat. Bagaimana seharusnya kita merayakan kelahiran Maria, Bait Sang Sabda? Pada hari itu kemuliaan Tuhan memenuhi Bait Allah di Yerusalem dalam rupa awan. Salomo pun berkhotbah, “Tuhan telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman.” (1 Raj 8:10-12). Demikian halnya, Bait Allah baru dipenuhi oleh Tuhan yang sama, yang datang ke dunia untuk menjadi terang bagi setiap orang (Yoh 1:9)

Pada hari ini, bersama-sama kita melambungkan madah pujian atas rahmat Allah yang telah menciptakan Bunda Maria. Setelah Allah, Bunda Maria adalah sosok yang paling memahami hidup kita, kelemahan kita, dan segala upaya kita. Kita berbagi bersama Bunda Maria segala suka dan duka dalam perjalanan hidup kita. Kita menyerahkan hati kita dengan sebuah doa agar seluruh keluarga di dunia ini diberi damai sejahtera, iman, dan pengharapan.

St. Yoakhim dan St. Anna Berbagi Sukacita atas Anugerah Keturunan

Kelahiran Bunda Maria