REFLEKSI TAHUN IMAN

Dipublikasikan tanggal 07 November 2015

TAHUN IMAN

Apa Langkah Selanjutnya?

Dalam rumusan Arah Dasar Pastoral KAJ 2011-2015, dengan tegas Gereja KAJ menyatakan “bercita-cita menjadi Umat Allah, yang atas dorongan dan tuntunan Roh Kudus, semakin memperdalam imannya akan Yesus Kristus, membangun persaudaraan sejati dan terlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat”. Iman, persaudaraan, dan pelayanan adalah tiga pilar yang merupakan ciri-ciri umat Allah dan menopang perjalanan hidup menggereja (bdk 1 Tim 3:15). Tahun 2012 dirayakan sebagai Tahun Iman, atau disebut juga Tahun Ekaristi, dengan mengambil tema “Dipersatukan, Diteguhkan, Diutus.”

Semangat Konsili Vatikan II dalam Ardas KAJ 2011-2015

Pada bulan Oktober 2011 Paus Benediktus XVI menulis surat apostolik Porta Fidei (Pintu kepada Iman) dan memaklumatkan Tahun Iman (11 Oktober 2012 – 24 November 2013).  Tanggal 11 Oktober 2012 merupakan peringatan 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II dan peringatan 20 tahun publikasi Katekismus Gereja Katolik. Dalam Porta Fidei Bapa Suci berbicara tentang perlunya menemukan kembali, merayakan, dan memperdalam karunia iman dalam konteks budaya di mana kerap terjadi pengingkaran iman (PF 2). Beliau mencanangkan Tahun Iman sebagai kesempatan untuk menyalakan kembali api semangat Konsili Vatikan II dan mempelajari kembali naskah dokumen-dokumennya (PF 5). Tahun Iman juga merupakan momentum untuk memperbaharui iman kepada Yesus Kristus dan mewartakan iman Kristiani kepada orang lain (PF 6-7). Maka, beliau mengundang seluruh umat untuk merenungkan dan memelihara Syahadat Iman (PF 9), serta memberi kesaksian tentang iman tersebut dalam perbuatan amal kasih dan keadilan (PF 14).

Konsili Vatikan II berlangsung dari tahun 1962 hingga 1965 dan membuahkan 16 dokumen. Banyak orang menilai bahwa konsili ini merupakan peristiwa religius yang terpenting pada abad XX. Satu hal yang menarik untuk dicermati, adalah bahwa seluruh dokumen Konsili Vatikan II ditandai dengan metode pendekatan yang sama. Pertama, dokumen-dokumen tersebut mengacu kepada sumber-sumber dalam Kitab Suci, Tradisi Suci, pandangan dan teologi para Bapa dan Pujangga Gereja, serta Magisterium. Kedua, dokumen-dokumen itu mengartikulasikan panggilan kepada kesucian. Kesucian ditandai dengan pembaharuan yang sesuai dengan semangat injili di dalam seluruh kehidupan gerejani. Dengan pembaharuan, dapat diharapkan bahwa pengutusan Gereja lebih mudah dipahami dan diterima.

Dalam hal ini Arah Dasar Pastoral KAJ 2011-2015 mengikuti semangat yang sama dengan Konsili Vatikan II. Secara spesifik dinyatakan dalam rumusannya bahwa “seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta berkehendak untuk menyelenggarakan pelbagai kegiatan dalam rangka menghayati dan meneruskan nilai-nilai Injili, ajaran serta Tradisi Gereja Katolik dan melibatkan diri dalam berbagai permasalahan sosial, terutama kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup serta intoleransi dalam hidup bersama”.  Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Arah Dasar Pastoral KAJ 2011-2015 juga siap menghadapi tantangan-tantangan di zaman yang semakin sekularistis dan pluralistis ini?

Pekerjaan Rumah yang Belum Selesai

Tentu saja, seperti keyakinan banyak orang, Tahun  Iman sudah berlangsung dengan baik. Tahun Iman menelurkan banyak inisiatif baru, bukan hanya di KAJ, namun di seluruh dunia. Namun, harus diakui bahwa Gereja KAJ masih memiliki pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Jakarta adalah ibukota yang menjadi kebanggaan seluruh penduduk Indonesia. Dinamika politik, ekonomi, sosial, dan budaya telah mengantar Jakarta menjadi kota terbesar ketujuh di dunia.

Dengan demikian perkembangan kota Jakarta tentu berpengaruh terhadap cara berpikir penduduknya, sehingga pewartaan Injil pun dituntut untuk menyajikan semangat, metode, dan sarana yang semakin menyapa dan relevan (kontekstual). Ciri khas dari sebuah kota besar adalah tantangan dan tuntutannya, walaupun sekaligus menjanjikan peluang pewartaan yang subur. Yesus  dan Paulus juga mewartakan Injil di kota-kota besar. Pada waktu itu kota-kota besar pada umumnya memiliki sinagoga dan jumlah penduduk yang banyak. Penduduk kota-kota besar mengenyam pendidikan yang lebih tinggi sehingga lebih terbuka pada pandangan baru, di samping tentu saja kota-kota besar terletak strategis di jantung transportasi utama.

Pewartaan di kota Jakarta harus sesuai dengan konteks masyarakatnya. Arus urbanisasi ke Jakarta tidak pernah berhenti, sehingga populasi penduduk ibukota sangat banyak dan majemuk. Penduduk yang berasal dari kota-kota kecil di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa menganggap Jakarta sebagai lokasi yang tepat untuk mencari lapangan pekerjaan. Terciptalah sistem masyarakat yang serba sibuk dan individualistis.  Pendidikan di kota Jakarta pada umumnya lebih baik dan berkualitas sehingga mampu mencetak manusia-manusia yang memiliki pandangan yang lebih terbuka di dalam segala hal, termasuk dalam hal agama (iman). 

Apakah pewartaan iman di KAJ sudah mengantisipasi hal-hal tersebut di atas? Segala kekhasan dan kompleksitas ibukota memberi tantangan sekaligus peluang bagi pewartaan. Urbanisasi dan kemajemukan umat harus dijawab dengan katekese yang menyatukan umat dalam iman Katolik. Kesibukan manusia harus disiasati dengan metode katekese yang efektif dan praktis. Sifat individualisme membutuhkan sapaan secara pribadi. Demikian pula, pandangan yang terbuka berpotensi terhadap perpindahan agama, sehingga perlu pendampingan iman yang terus-menerus.

Apa Langkah Selanjutnya?

Lalu, apa langkah selanjutnya? Setelah Tahun Iman berlalu, tentu muncul suatu pertanyaan: apa yang dapat dilakukan sebagai tindak lanjutnya? Dalam pesannya pada hari Minggu Misi Sedunia 2013, Paus Fransiskus berkata, “ Gereja kita – saya ulan­gi sekali lagi – bukan organisasi sosial, perusahaan atau LSM; dia adalah komunitas orang yang dijiwai oleh Roh Kudus, yang sudah mengalami dan meng­hayati kekaguman perjumpaan dengan Yesus Kristus dan ingin berbagi pengalaman kegembiraan ini, dan berbagi pesan keselamatan yang dibawa oleh Tuhan.” Maka, katekese adalah pewartaan dan pengajaran iman secara berkesinambungan.

Pada umumnya profil umat Gereja KAJ dapat dibagi menjadi beberapa kategori: anak-anak, remaja, Orang Muda Katolik, karyawan muda, keluarga muda, keluarga menengah, dan Lansia. Masing-masing kelompok tentunya membutuhkan sapaan yang berbeda atau metode katekese yang berbeda. Di sini diperlukan kejelian untuk mencari pintu-pintu masuk pewartaan Injil bagi setiap kategori kelompok umat. Katekese harus mampu mewujudnyatakan tujuan mulianya yaitu “penyampaian ajaran Kristen, yang diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen.” (KGK 5)

Pengalaman hidup masing-masing kategori kelompok tentu perlu menjadi bahan pemikiran dalam tema-tema pewartaan Injil. Masalah yang dialami anak-anak misalnya keranjingan games, junk food, kurang tersedianya film anak-anak, dan bahaya internet. Orang Muda Katolik (OMK) dan remaja berkutat dalam permasalahan egoisme, kenakalan remaja, pergaulan bebas, dan gaya hidup. Keluarga muda harus berjuang keras membagi waktu dalam hal iman, komunikasi, ekonomi, dan anak. Demikian pula keluarga menengah harus berhadapan dengan permasalahan anak-anak yang menginjak usia remaja, relasi pasutri yang kurang hangat, dan kekuatiran akan kebutuhan ekonomi yang semakin besar. Pintu-pintu masuk ini harus menjadi tema-tema yang mengena dan relevan untuk digumuli dalam metode-metode pewartaan. Dengan demikian, pewartaan Injil harus meninggalkan “kemasan lama”, sehingga menjadi semakin jelas dan menarik bagi penduduk Jakarta.   

Perjuangan untuk mencapai cita-cita mulia ini tentu tidak mudah. Namun, para pengikut Kristus memiliki Bunda Maria, sang Bintang Evangelisasi dan Bunda Teladan Peziarahan Iman. Melalui doa-doa perantaraannya dia menerangi jalan yang harus ditempuh oleh segenap umat Allah.  Maka, untuk menutup refleksi singkat ini, marilah kita mendaraskan bersama sebuah doa kepada Bunda Maria, Bunda Gereja dan Bunda Iman kita. Dengan doa inilah Paus Fransiskus menutup ensikliknya Lumen Fidei (Terang Iman). 

Bunda, bantulah iman kami!
Bukalah telinga kami untuk mendengar firman Allah dan mengenali suara dan panggilan-Nya.
Bangkitkanlah dalam diri kami sebuah keinginan untuk mengikuti langkah-langkah kaki-Nya, untuk keluar dari negeri kami sendiri dan menerima janji-Nya.
Bantu kami untuk disentuh oleh kasih-Nya, sehingga kami boleh menyentuh-Nya dalam iman.
Bantu kami untuk memasrahkan diri kami sepenuhnya kepada-Nya dan untuk percaya akan kasih-Nya, terutama di saat-saat pencobaan, di bawah bayangan salib-Nya, ketika iman kami dipanggil untuk menjadi dewasa.
Taburkan dalam iman kami sukacita dari Ia Yang Bangkit.
Ingatkanlah kami bahwa mereka yang percaya tidak pernah sendirian.
Ajarkan kami untuk melihat segala sesuatu dengan mata Yesus, agar Ia boleh menjadi terang bagi jalan kami. Dan semoga terang iman ini selalu bertambah dalam diri kami, sampai fajar hari abadi itu, yang adalah Kristus sendiri, Putera-Mu, Tuhan kami!

(tulisan ini merupakan refleksi Tahun Iman yang menjadi perwakilan umat Dekenat Utara dalam Puncak Perayaan Syukur Ardas 2011 -2015 KAJ 7 November 2015)

Katekese Tahun Pelayanan lewat Panggung Drama Musikal

Pendekatan Budaya sebagai Salah Satu Pintu Pewartaan

Katekese Anak yang Menyapa - Jembatan Pendalaman Iman untuk Anak-anak