POKÉMON GO

Dipublikasikan tanggal 18 July 2016

POKÉMON GO

Mampukah Membawa Lebih Banyak Orang ke Gereja?

P. Ryan Kaup terjaga pada dini hari jam 00.30 ketika mendengar teriakan manusia di depan jendela kamarnya. Tidak terjadi apa-apa, hanya rupanya gedung paroki Cristo Rey di Lincoln adalah sebuah Pokéstop. Seperti diketahui, Pokéstop adalah bagian dari Pokémon GO, sebuah aplikasi terbaru yang dirilis oleh Niantic Labs. Aplikasi ini mengajak konsumen untuk menyisir lingkungan untuk menangkap Pokémon. Begitu terkenalnya Pokémon GO, sehingga dua hari setelah peluncurannya, banyak orang menikmatinya jauh melebihi aplikasi lain seperti Whatsapp, Snapchat, dan Instagram. Prestasi pengguna Pokémon GO tergantung dari jumlah Pokémon yang ditangkap dan para pengguna harus pergi ke Pokéstop. Ternyata beberapa Pokéstop berlokasi di sekitar gereja.

Mengapa demikian? Niantic Labs pernah merupakan bagian dari Google dan para pendiri dan CEO-nya pernah bekerja dengan teknologi yang menjalankan Google Maps. Maka, lokasi Pokéstop kerap merupakan tempat-tempat terkenal dan bersejarah, termasuk bangunan gereja. Tidak heran para imam dan pendamping orang muda Katolik di Amerika Serikat sedang memikirkan bagaimana mereka dapat ikut memetik hasil dari permainan ini demi mewartakan Injil. Seorang umat bernama Calvin men-tweet bahwa Pokémon GO adalah hal pertama yang membawanya ke gereja setelah sepuluh tahun absen. Cuitan ini disukai hampir 700.000 orang dan di-retweet kira-kira 200.000 kali.

P. Kaup baru menyadari bahwa bangunan gerejanya adalah Pokéstop ketika mengunduh aplikasi tersebut. “Memang saya mendengar banyak anak paroki membicarakan tentang permainan ini setelah Misa, dan mereka bersukacita karena berhasil menangkap Charmanderzar di aula paroki. Setelah itu saya merasa wajib memeriksa kebenarannya,” ujar sang pastor. Beliau kemudian menjelaskan permainan itu kepada sekretaris paroki dan memintanya untuk memantau lalulintas di sekitar paroki selama beberapa saat.

“Saya memberitahu sekretaris saya bahwa ini adalah kesempatan baik untuk mengundang mereka masuk ke dalam gereja dan berdoa, “ sahutnya sambil memikirkan bagaimana cara membuat parokinya lebih menarik untuk dikunjungi. “Setiap kali kita berjumpa dengan sesama, maka datanglah kesempatan untuk mewartakan Injil. Kenyataan bahwa Cristo Rey adalah sebuah Pokéstop akan mampu membawa orang ke depan pintu gereja. Saya memikirkan ide untuk memasang pelang di depan gereja: ‘Pokéstop. Mari masuk ke dalam dan mengucapkan salam kepada Allah.’ Setiap kesempatan untuk membagikan sukacita Injil tentu saja merupakan kebaikan,” P. Kaup dengan penuh keyakinan menambahkan.

Namun demikian, menurut Phil, yang bekerja di pelayanan Katolik di Denver, permainan ini tetap memiliki dampak buruk yakni menjadikan manusia semakin individualistik. Perlu dipelajari lebih lanjut bagaimana cara menjadikan permainan ini sebagai ajang “evangelisasi”. Di lain pihak, banyak umat Katolik beranggapan bahwa aplikasi ini adalah cara yang baik untuk saling berjumpa. Allan Phan, seorang seminaris St. Charles Borromeo yang sedang memberikan katekese musim panas dengan Totus Tuus, mengatakan bahwa permainan ini telah memberi sumbangsih dalam kelekatan sesama anggota team dan kelekatan dengan orang-orang yang mereka jumpai. “Sungguh merupakan sarana yang baik untuk memulai percakapan dengan orang lain,” demikian ujarnya dalam sebuah wawancara. Sebuah blog Kristiani di Tennessee, The Wardrobe Door, bahkan mengusulkan delapan tip bagi gereja untuk memanfaatkan Pokéstop “demi Kerajaan Allah”, termasuk memasang pelang, menyiapkan team penyambut tamu, dan menyiapkan makanan dan minuman ringan bagi siapa saja yang mampir di Pokéstop.

Hanya waktu yang dapat membuktikan sampai kapan permainan ini dapat memesona banyak orang dan sejauh mana permainan ini dapat dimanfaatkan untuk “mewartakan kabar sukacita.” Satu hal yang jelas bahwa permainan ini sangat disukai orang dan gereja harus memikirkan cara yang tepat untuk meminimalisasi dampak buruknya dan memanfaatkannya demi kepentingan Gereja. Dua orang uskup di Amerika Serikat sudah mulai terlibat dalam Pokémon GO: Mons. Kevin Vann dari Orange County California dan Mons. David Ricken dari Green Bay. Sebuah permenungan yang mendalam dibutuhkan untuk memastikan apakah perlu atau tidak memanfaatkan permainan ini untuk mewartakan Injil.

Mons. Kevin Vann dan Mons. David Ricken