MENGUSAHAKAN KEBAHAGIAAN SECARA PRIBADI

Dipublikasikan tanggal 21 July 2016

Mengusahakan Kebahagiaan Secara Pribadi

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah , hai kamu yang miskin , karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan.  Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis , karena kamu akan tertawa.  Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia   orang membenci kamu , dan jika mereka mengucilkan kamu,   dan mencela kamu  serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.  Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah,  sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi .  Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya , karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.  Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.  Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu ; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu. " (Luk 6:20-26)

How to Be Happy and Have Fun Changing the World? Itu adalah judul buku karangan Michael Anthony, yang laris terjual di Amerika. Kendati pun kebahagiaan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur, manusia selalu mengupayakan kebahagiaan di dalam hidupnya. Bagaimana caranya? Tidak pernah ada jawaban yang pasti. Salah satu studi yang dilaksanakan oleh Pew Research Center di Washington menyimpulkan bahwa harta kekayaan, dalam batas-batas tertentu, dapat memberikan kebahagiaan. Maka tidak mengherankan, apabila sejak usia dini orang tua sudah menanamkan kepada anak-anak mereka untuk menggapai cita-cita setinggi mungkin, agar hidup di kelak hari lebih berbahagia.

Pendapat dunia ini ternyata dijungkirbalikkan oleh Yesus. Pada suatu tempat yang datar Yesus menyampaikan empat ucapan bahagia dan empat ucapan celaka. Ucapan “berbahagialah” ditujukan kepada mereka yang mengalami empat situasi, yang pada masa kini dianggap sebagai kemalangan, yaitu miskin, lapar, menangis, dan dibenci. Sebaliknya ucapan “celakalah” justru ditujukan kepada mereka yang mengalami empat situasi yang selalu diidam-idamkan manusia, yaitu kaya, kenyang, tertawa, dan dipuji.

Kontras yang dibuat oleh Yesus adalah untuk membuka pandangan manusia agar dapat membedakan kehidupan yang sesuai dengan rencana Allah dan kehidupan yang sesuai dengan kenyataan duniawi. Yesus ingin agar manusia berubah. Manusia harus meninggalkan apa yang dianggap penting oleh dunia, dan mulai memikirkan apa yang penting di mata Allah. Dengan demikian manusia akan merasakan kebahagiaan sejati. Bagaimana cara manusia mengusahakan kebahagiaan sejati secara pribadi?

Langkah pertama adalah melepaskan diri dari sikap mengandalkan diri sendiri yang berlebihan. Orang-orang kaya cenderung untuk terbuai dengan perasaan ini karena keberhasilan mereka. Manusia harus menyadari bahwa harta kekayaan tidak menghasilkan kebahagiaan sejati. Harta duniawi bisa setiap saat lenyap. Tujuan hidup manusia bukanlah untuk mengumpulkan harta duniawi, melainkan harta surgawi, berupa relasi yang baik dengan Allah dan sesama. Manusia harus siap sedia untuk berbagi dengan orang lain dalam bentuk keprihatinan dan keadilan terhadap sesama.

Langkah kedua adalah mengandalkan Allah semata-mata. Orang-orang  miskin lebih terdorong untuk mempercayakan penderitaan mereka kepada Allah. Iman di tengah penderitaan ini telah menjadikan mereka warga Kerajaan Allah, terlebih-lebih kalau penderitaan itu dialami oleh manusia karena telah memilih Kristus.

Langkah ketiga adalah langkah praktis, yakni menjalani hidup secukupnya, dengan tidak berlebihan. Dengan kekayaannya manusia kerap tergoda untuk membeli terlalu banyak barang, bahkan barang-barang yang tidak berguna. Dengan kekayaannya manusia memilih pola makan yang tidak sehat atau hura-hura di tempat-tempat maksiat. Tidak jarang manusia lupa diri dengan pujian orang-orang di sekelilingnya. Dengan demikian bukankah kekayaan dapat membuat manusia menjadi celaka?

Ucapan bahagia Yesus merupakan penghiburan bagi manusia dalam segala kelemahannya. Yesus mengundang setiap orang, dalam keprihatinan apa pun: miskin, menangis, lapar, atau dihina, untuk mencicipi kebahagiaan sejati bersama-Nya. Sebaliknya ucapan celaka bukanlah penghakiman untuk mereka yang kaya. Yesus memperingatkan mereka agar jangan lupa diri, ketika mereka sedang kaya, tertawa, kenyang, atau disanjung. Yesus mengundang mereka, agar dalam segala kelebihan mereka, semakin meningkatkan persaudaraan dengan sesama.