TENANGLAH! AKU INI, JANGAN TAKUT!
Dipublikasikan tanggal 02 August 2016
TENANGLAH! AKU INI, JANGAN TAKUT!
Mat 14:22-33
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri . Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu! ", lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut ! " Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah. " (Mat 14:22-33)
Sering manusia merasa ditinggalkan Tuhan ketika sedang mengalami ujian atau penderitaan dalam hidup mereka. Hal ini dialami oleh para murid Yesus ketika mengalami badai di tengah Danau Galilea. Mereka adalah para nelayan yang sebenarnya sudah sangat berpengalaman di laut, namun tetap saja mereka masih memiliki rasa takut akan bahaya yang mengancam hidup mereka.
Insiden dramatik tentang badai di Danau Galilea layak kita renungkan ketika kita mengarungi bahtera kehidupan di dunia. Tentu kita semua pernah mengalami peristiwa-peristiwa yang menyedihkan dan memberatkan, sehingga mungkin kita juga mempersalahkan Tuhan karena tidak hadir membantu pada saat-saat yang paling kita butuhkan. Dalam perikop di atas butir permenungan pertama yang layak kita renungkan adalah bahwa Yesuslah yang menyuruh murid-murid-Nya naik ke perahu. Semua kejadian dalam hidup kita, baik itu sukacita maupun dukacita, berada dalam kendali Allah.
Kedua, ketika murid-murid Yesus sedang berjuang melawan badai di tengah danau yang buas dan merasakan ketidakhadiran Yesus pada saat itu, Yesus justru sedang berdoa. Yesus memperhatikan mereka sambil berdoa. Maka, meskipun ada saat-saat di mana kita merasakan bahwa Allah tidak ada di pihak kita, sesungguhnya Dia nyata-nyata hadir di tengah-tengah kita.
Ketiga, Yesus tidak meninggalkan murid-murid-Nya. Dia datang kepada mereka, hanya sayang murid-murid-Nya tidak mengenali-Nya. Kerap bantuan dari Allah datang dari para sahabat, handai taulan dan orang-orang lain yang dipanggil oleh Tuhan untuk menyapa dan menolong kita, ketika kita sedang dalam kesulitan. Pernahkah kita merenungkan bahwa mereka adalah wujud kehadiran Allah bagi kita?
Perikop ini juga mengungkapkan karakter manusiawi yang sangat kentara dalam pribadi Petrus. Berkali-kali Petrus mengambil tindakan gegabah tanpa pikir panjang. Padahal, Yesus selalu menasihati murid-murid-Nya bahwa tidak mudah menjadi pengikut-Nya. Mereka harus memikul salib setiap saat. Banyak manusia gagal menjadi pengikut Kristus yang sejati karena mereka bertindak impulsif dan emosional tanpa memikirkan risikonya.
Satu hal yang perlu disyukuri dari Petrus adalah akhirnya dia mampu kembali kepada Yesus. Dia menggapai Yesus dan memegangnya erat-erat. Setiap kali Petrus terjatuh, dia mampu bangkit kembali. Kegagalan demi kegagalan membuat kasihnya dan kepercayaannya kepada Tuhan semakin berkobar.
Tuhan memperhatikan manusia setiap waktu dan terutama dalam masa-masa yang sulit dan penuh cobaan. Sekarang kembali kepada manusia, apakah mau mengandalkan kekuatan dan pertolongan-Nya. Yesus menegaskan bahwa kita tidak perlu takut apabila kita percaya kepada-Nya dan kepada kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia. Ketika badai menerpa hidup kita, tanggapan kita seharusnya adalah iman dan pengharapan kepada kasih dan kehadiran Allah dalam hidup kita.
Yesus Kau Andalanku