BASILIKA SANTA MARIA MAGGIORE
Dipublikasikan tanggal 05 August 2016
BASILICA SANTA MARIA MAGGIORE
Lahir di Tengah Hujan Salju
Pada hari ini tanggal 5 Agustus Gereja merayakan Pesta Pemberkatan Basilika Santa Perawan Maria. Basilika ini terletak di Bukit Esquilino (Roma) dan dianggap sebagai tempat ibadat Marianis yang tertua di Eropa Barat. Basilika ini merupakan salah satu dari empat basilika kepausan di Roma dan satu-satunya basilika yang masih mempertahankan struktur asalnya, meskipun memang telah mengalami perluasan. Paus Sixtus III (432-440) memperluas bangunan itu dan mendedikasikannya kepada Perawan Maria yang dimaklumatkan sebagai Bunda Allah pada Konsili Efesus (431). Sebagai basilika kepausan, tentu saja basilika ini memiliki Pintu Suci, yang dibuka oleh Paus Fransikus pada tanggal 1 Januari 2016, Hari Raya Maria Bunda Allah untuk membuka Tahun Suci Kerahiman Allah. Pintu suci ini diberkati oleh Paus St. Yohanes Paulus II pada tanggal 8 Desember 2001.
Menurut legenda Bunda Maria menampakkan diri pada malam hari tanggal 5 Agustus tahun 352 kepada Paus Liberius dan seorang bangsawan Romawi serta meminta mereka untuk membangun sebuah Gereja dari sebuah rumah di bukit itu dan pada keesokan harinya mereka mendapatkan salju turun dengan lebat di tengah musim panas. Konon, salju lebat menutupi seluruh area yang sekarang menjadi bangunan basilika. Maka, basilika ini pertama bernama “Santa Maria ad Nives” artinya Santa Maria Salju. Perluasan yang dilakukan seabad kemudian mempertahankan bagian tengah dengan kolom-kolomnya serta 36 mosaik yang menghiasi bagian atas kolom-kolomnya. Sekarang Basilika Santa Maria Maggiore dihiasi dengan lukisan para paus mulai dari St. Petrus sampai Paus Fransiskus. Perayaan liturgis Pemberkatan Basilika Santa Perawan Maria mulai dimasukkan ke dalam kalender liturgi pada tahun 1568.
Lonceng Santa Maria Maggiore memiliki ketinggian 75 meter dan tertinggi di Roma. Lonceng ini pertama dibangun tahun 1375-1376 dan selalu ditinggikan sampai mencapai ketinggian sekarang di bawah Kardinal Guglielmo d'Estouteville, pastor paroki basilika pada tahun 1445-1483. Pada tahun 1800-an lonceng ini dilengkapi dengan sebuah jam. Salah satu loncengnya diberi nama “La Sperduta” (Yang Tersesat), dan hanya dibunyikan setelah jam 21.00. Sebuah legenda dari abad XVI menceritakan bahwa seorang gembala buta tersesat di padang rumput sekitar Esquilino ketika sedang menggembalakan kawanan dombanya. Ketika hari sudah malam dan sang gembala belum juga kembali, dibunyikanlah lonceng basilika supaya dapat mengarahkannya kembali ke rumah. Rupanya sang gembala tidak pernah kembali lagi, namun lonceng tetap dibunyikan untuk memanggilnya. Maka, sejak saat itu ada kebiasaan membunyikan lonceng La Sperduta pada malam hari. Hikayat lain menceritakan bahwa seorang peziarah tersesat ketika tiba di kota Roma. Dia mohon doa perantaraan Bunda Maria dan segera mendengar bunyi lonceng yang membawanya selamat ke Basilika Santa Maria Maggiore.
Paus Fransiskus Membuka Pintu Suci Basilika Santa Maria Maggiore
Bagian Tengah Gereja dan Kolom-kolomnya