IKAN SANTO PETRUS

Dipublikasikan tanggal 08 August 2016

IKAN SANTO PETRUS

Jangan Kita Menjadi Batu Sandungan bagi  Mereka!

Bacaan Injil hari ini diambil dari Matius 17:22-27. Dikisahkan bahwa sewaktu berkunjung ke kota Kapernaum di tepi Laut Galilea, pemungut bea Bait Allah bertanya kepada Petrus apakah Yesus membayar pajak Bait Allah, yang besarnya dua dirham per orang. Setiap orang Israel yang usianya dua puluh tahun ke atas diwajibkan untuk membayar setengah syikal kepada TUHAN sebagai pendamaian bagi nyawa mereka (Kel 30:14-15). Persembahan tersebut harus dibayar Israel kepada TUHAN selaku Raja mereka.

Yesus menjelaskan bahwa hanya orang asing, dan bukan rakyat, yang membayar pajak dan bea kepada seorang raja. Keluaran 30:11-16 secara khusus dibahas dalam Matius 17:24-27. Orang-orang yang melaksanakan Taurat sebenarnya adalah "orang asing" bagi TUHAN Sang Raja, sebaliknya yang dirujuk sebagai "rakyat" adalah umat Allah sebenarnya yang tidak perlu lagi membayar bea (Matius 17:25-26). Matius 17:25-26 telah menunjukkan kepada para pengikut Kristus bahwa tuntutan Taurat itu tidak berlaku bagi umat yang telah diangkat sebagai "anak-anak Allah" (bdk. Rom 8:15), yang menjadi anggota keluarga Allah dan berhak menerima hak waris. Kristus memberikan contoh mengenai raja-raja di bumi yang menarik bea dari orang orang asing, dari kerajaan-kerajaan yang takluk di bawah mereka, atau dari orang-orang asing yang berurusan dengan mereka, tetapi tidak dari anak-anak dan keluarga mereka sendiri. Di antara orangtua dan anak-anak mereka, barang-barang dipakai bersama, sehingga tidak masuk akal bila orangtua menarik pajak dari anak-anak mereka sendiri, atau menuntut sesuatu dari mereka. 
Yesus tidak berkewajiban membayar bea ini untuk ibadah di Bait Allah, karena dia adalah Anak Allah dan Bait Allah adalah rumah Bapa-Nya. Namun, agar tidak memberi sandungan bagi orang lain, Dia menyuruh Petrus pergi ke laut, melemparkan pancing, mengambil ikan pertama yang muncul, dan membayar pajak Bait Allah dengan uang logam yang terdapat di mulut ikan itu. Meskipun berhak dibebaskan dari kewajiban membayar pajak Bait Allah, namun supaya jangan menjadi batu sandungan bagi masyarakat, yang kala itu masih memegang ketat adat setempat dan Hukum Taurat,  Yesus memutuskan untuk membayarnya. Kebijaksanaan dan kerendahan hati Kristus mengajarkan kita bahwa dalam banyak hal kita harus menyerahkan hak kita daripada menjadi batu sandungan bagi orang banyak.

Tidaklah mengherankan jika kita berkunjung ke sebuah restoran di tepi Laut Galilea, Israel, mungkin kita akan penasaran sewaktu melihat ”ikan Santo Petrus” pada daftar menu. Pramusaji restoran itu bisa jadi akan memberi tahu Anda bahwa menu itu merupakan salah satu hidangan terpopuler, khususnya bagi para wisatawan. Ikan itu lezat apabila digoreng dalam keadaan segar. Yang biasanya dianggap ”ikan Santo Petrus” adalah musht, dan ikan inilah yang dihidangkan di restoran-restoran dekat Laut Galilea. Karena tulangnya relatif sedikit dan kecil-kecil, ikan ini lebih mudah diolah dan disantap. Tetapi, apakah memang ikan ini yang ditangkap Petrus? Tidak pernah ada yang tahu! Meskipun demikian, ikan apa pun yang dihidangkan di hadapan Anda sebagai ”ikan Santo Petrus” sudah pasti adalah hidangan yang sangat lezat.