ORANG KAYA SUKAR MASUK KERAJAAN SURGA?

Dipublikasikan tanggal 16 August 2016

Bacaan Injil hari ini diambil dari Mat 19:23-30. Yesus memberikan pernyataan yang keras, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Sungguhkan orang kaya sukar masuk Kerajaan Surga? Menurut Kitab Perrjanjian Lama, Allah memperhatikan, melindungi, dan membela orang miskin yang malang. Terdapat kelompok anawim, kaum miskin yang hanya mengandalkan Allah saja. Sikap pasrah, sikap mengandalkan dan mempercayakan hidupnya kepada Allah saja, tidak terlepas dari kemiskinan dan penderitaan nyata yang mereka alami.

Bunda Maria termasuk kelompok anawim. Dalam mengumandangkan lagu pujiannya (Magnificat) Maria menyatakan bahwa Allah telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya (Luk 1:48). Demikian halnya dengan Yesus. Dalam suratnya kepada umat di Filipi (Flp 2:6-7) Paulus menyatakan bahwa Yesus telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba. Maka, Yesus pun termasuk kaum anawim.

Dalam kotbah di bukit Yesus berseru, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga (Mat 5:3).” Makna dari pernyataan Tuhan Yesus tersebut menurut Matius adalah orang-orang yang miskin secara rohani (kaum anawim). Mereka adalah orang-orang yang rendah hati, yang terbuka kepada Allah, yang menggantungkan diri secara mutlak kepada Allah.

Apakah miskin secara jasmani sama dengan miskin secara rohani? Belum tentu. Menurut Alkitab kemiskinan dapat disebabkan oleh kemalasan (Ams 6:9-11; 24:30-34; 19:15), kemabukan, kebodohan,dan kerakusan (Ams 23:20-21; 21:17; 13:18; 28:19). Orang bisa saja miskin secara jasmani, tetapi tidak miskin secara rohani. Sebaliknya, ada orang yang tidak miskin secara jasmani, tetapi miskin secara rohani. Mereka mengandalkan dan mempercayakan hidupnya kepada Allah saja. Rombongan Yesus dan murid-murid-Nya yang berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa mewartakan Injil dilayani oleh perempuan-perempuan kaya: Maria Magdalena, Yohana, dan Salome (Luk 8:1-3). Mereka adalah contoh orang-orang yang tidak  miskin secara jasmani, tetapi miskin secara rohani.

Lalu bagaimana agar kekayaan tidak menjadi penghalang bagi manusia untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga? Ada upaya untuk menafsirkan ayat di atas dengan menganggap bahwa ada gerbang kecil yang bernama “lubang jarum” yang begitu rendah. Pemahaman gerbang kecil yang bernama “lubang jarum” dikemukakan oleh Lord George Nugent (1845). Ia menyatakan bahwa ada dua gerbang di kota Yerusalem, yang pertama dan agak besar digunakan bagi hewan beban, dan yang kedua agak kecil digunakan bagi pejalan kaki. Yang kecil inilah yang dewasa ini disebut sebagai “mata jarum”, namun tidak ada bukti bahwa gerbang itu sudah ada di era Yesus Kristus. Canon Farrar, bahkan menyatakan bahwa nama “mata jarum” itu baru diberikan belakangan oleh kalangan Yahudi Kristen untuk merujuk kepada perkataan Yesus Kristus. Upaya kedua menganggap bahwa unta (Yun. kamêlos) sebenarnya adalah tali tambang (Yun.  kamilos). Pendapat ini pun mendapat sanggahan dari para ahli.

Apapun perdebatan di kalangan para ahli, kita dapat memetik pelajaran berharga. Seekor unta ketika ingin melewati gerbang kecil harus melakukan setidaknya dua hal: pertama, melepaskan diri dari segala barang yang diletakkan di punggungnya dan kedua, membungkuk. Demikian pula seutas tambang bisa saja melewati mata jarum apabila bisa diuraikan menjadi benang-benang yang lebih halus. Bagaimana seorang kaya dapat masuk kerajaan Allah justru terletak pada bagaimana dia bisa melepaskan diri dari jerat kekayaan yang melilit tubuhnya dan merendahkan hatinya. Maka, penulis kitab Amsal memberi nasihat, “Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh …” (Ams 11:28) 

Unta Bisa Lolos Lubang Jarum