HIDUP SEPERTI JARING LABA-LABA

Dipublikasikan tanggal 18 August 2016

HIDUP SEPERTI JARING LABA-LABA

Puisi dan Refleksi Seorang Korwil

Malam semakin larut dan mata mulai berat ketika sebuah pesan mampir di HP saya. Koordinator wilayah St. Thomas Rasul, Ignatius Hengky Handoyo, mengirimkan sebuah puisi, yang menurutnya adalah puisi pertama. Puisi ini adalah refleksinya sebagai seorang korwil, yang baru saja dilantik beberapa hari yang lalu. Begini isi puisinya:

Puisi dan Refleksi Seorang Korwil

Tuhan memberiku kesulitan dan tantangan

Di waktu yang sama Dia memberiku:

Teman untuk bantu mengatasinya

Jalan untuk menghadapinya

Teguran agar menyadari

Makna agar tersenyum

Hidup seperti jaring laba-laba,

Semua terhubung satu sama lain

(Kamis, 21.30, 18082016, HQ)

Saya agak terusik di saat menjelang memejamkan mata ini dengan puisi yang begitu sederhana dan lugas. Kebetulan saya sedang mempersiapkan metode analisis teks KS untuk bahan pengajaran minggu depan. Maka, timbullah ide untuk mencoba menganalisis puisi sang Korwil ini.

Analisis yang saya lakukan adalah analisis kosa kata. Kata “memberi” diulang dua kali,  “untuk” diulang dua kali, dan “agar” diulang dua kali. Satu kesimpulan saya peroleh dari perenungan teks ini adalah bahwa Tuhan senantiasa memberi yang terbaik untuk kita karena Dia mempunyai maksud. Seringkali Tuhan memberikan kesulitan dan tantangan yang di mata manusia mungkin begitu rumit, namun itu justru yang terbaik untuk manusia. Karena di balik kerumitan itu, Tuhan ternyata memberikan teman yang membantu. Di Kis 9:10 dst Tuhan mengutus Ananias untuk membantu Saulus yang baru saja bertobat. Kesulitan Saulus masuk kota Damsyik karena kebutaan matanya ternyata dilengkapi dengan kehadiran Ananias sebagai seorang pendamping.

Tuhan juga memberikan jalan untuk semua permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Yes 43:19 mencatat bahwa Allah membuat jalan di padang gurun dan Yesus sendiri menegaskan bahwa Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup (Yoh 14:6). Tuhan juga memberi teguran melalui sabda-Nya; kepada Timotius Paulus menegaskan bahwa segala tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk menyatakan kesalahan (2 Tim 3:16). Tuhan tidak ingin manusia lupa pada kekudusan panggilan-Nya. Namun terlebih dari semua itu, Tuhan memberikan pelajaran kepada manusia untuk merenungkan segala peristiwa dengan hati yang tulus supaya memahami maknanya dan bersukacita dengannya. Kepada jemaat di Filipi Paulus berseru, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!” (Flp 4:4)

Dengan demikian, dalam dunia pelayanan Kristiani tiada duka tanpa berbalut suka,  tiada derita tanpa pengharapan, dan tiada tangis tanpa gelak tawa! Maka seorang pemazmur tidak ragu untuk berseru, “ … sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak sorai.” (Mzm 30:6) Selamat melayani Pak Hengky!

Hengky (Korwil Sathora), Michael, Irene, dan Lena