PERINGATAN WAJIB SANTA PERAWAN MARIA RATU

Dipublikasikan tanggal 22 August 2016

PERINGATAN WAJIB SANTA PERAWAN MARIA RATU

Salam ya Ratu Surgawi

Peringatan wajib Santa Perawan Maria Ratu ditetapkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1954. Paus ini pula yang memaklumatkan Dogma Maria Diangkat ke Surga pada tahun 1950. “Keratuan” Maria memiliki akar dalam Kitab Suci. Pada saat Malaikat Gabriel mewartakan Kabar Baik kepada Maria, dia berkata, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:31-33)

Ketika bangsa Israel berada dalam krisis dan penderitaan terutama akibat penjajahan, mereka merindukan seorang tokoh yang mereka sebut Mesias. Pengharapan bangsa Israel akan seorang Mesias bukan hanya sebatas harapan, tetapi harapan mereka didasari oleh janji Allah sendiri kepada nenek moyang mereka bahwa Ia akan mengutus seorang pembebas bagi mereka yang berasal dari keturunan Daud (2 Sam 7:12-13, 16). Di kalangan rakyat jelata gagasan dan harapan akan munculnya seorang raja dari keturunan Daud tetap hidup. Maka, dalam Perjanjian Baru Yesus disebut sebagai Anak Daud. Matius memulai injilnya dengan menyebut, “Inilah silsilah Yesus Kristus, Anak Daud, anak Abraham.” (Mat 1:1)

Dalam dinasti Daud yang disebut sebagai ratu bukanlah istri dari raja, melainkan ibu dari raja, yang dalam bahasa Ibrani disebut gebirah. Sang Gebirah, Ibu Suri dari raja-raja Kerajaan Yudea, merupakan wanita yang paling penting dan berpengaruh di istana dan juga menjadi penasihat raja. Kata gebirah  muncul 15 kali dalam Perjanjian Lama. Dalam kitab-kitab 1 dan 2 Raj serta 1 dan 2 Taw para raja dinasti Daud disebutkan bersama dengan ibu surinya ketika mereka naik takhta. 1 Raj 2:19 mencatat bahwa Batsyeba menduduki kursi di sebelah kanan Raja Salomo. Ketika raja ditaklukkan, raja dan ibu suri mewakili lambang kerajaan (2 Raj 24:12).

Mengapa ibu suri menjadi wanita yang paling penting dalam Kerajaan Yudea? Barangkali karena raja kerap memiliki lebih dari satu istri, namun hanya memiliki seorang ibu. Dengan demikian ketika Yesus menjadi Raja keturunan Daud, tentu saja Bunda Maria menjadi Ratu-Nya. Pada abad IV, St. Efrem orang Siria menyebut Bunda Maria sebagai “Ratu”. Para Bapa Gereja sesudahnya tetap menggunakan gelar itu. Himne dari abad ke-11 dan ke-13 memuji Maria sebagai ratu: “Salam, ya Ratu Surgawi”. Berbagai jenis devosi yang dipraktikkan oleh misalnya imam-imam Dominikan dan Fransiskan atau Litani Santa Perawan Maria melambungkan pujian tentang keratuannya.

Keratuan Maria merupakan tindak lanjut dari Pengangkatannya yang dirayakan pada tanggal 15 Agustus. Dalam ensiklik tahun 1954  Ad Caeli Reginam (Kepada Ratu Surgawi), Paus Pius XII menegaskan bahwa Bunda Maria layak menerima gelar itu karena dia adalah Bunda Allah, karena dia adalah Hawa Baru yang terlibat dalam karya penebusan Kristus, karena iman dan cinta yang unggul, serta karena kekuatan doa perantaraannya.

Ratu Batsyeba Duduk di Sebelah Kanan Puteranya Salomo

Kristus adalah Raja Dinasti Daud dan Maria adalah Ratunya