PESTA SALIB SUCI
Dipublikasikan tanggal 14 September 2016
PESTA SALIB SUCI
Mempersatukan Diri dengan Kristus yang Tersalib
Pesta Salib Suci dirayakan pada tanggal 14 September dan mengingatkan umat akan tiga peristiwa bersejarah: penemuan Salib Sejati (salib Kristus yang asli) oleh St. Helena, ibu dari Kaisar Konstantinus; pemberkatan gereja-gereja yang dibangun oleh Konstantinus di situs Makam Suci dan di Gunung Kalvari; dan pengembalian Salib Sejati ke Yerusalem oleh kaisar Heraklius II. Namun dalam arti yang lebih mendalam, pesta ini juga merayakan Salib Suci sebagai instrumen keselamatan kita. Instrumen penyiksaan yang dirancang untuk mempermalukan para penjahat, menjadi pohon kehidupan yang menebus dosa asal manusia pertama Adam dan Hawa.
Setelah wafat dan kebangkitan Kristus, baik penguasa Yahudi maupun Romawi di Yerusalem melakukan upaya untuk “mengaburkan” Makam Suci, makam Kristus di taman dekat lokasi penyaliban-Nya. Situs itu diurug dan kuil-kuil kafir dibangun di atasnya. Menurut tradisi, salib Kristus disembunyikan oleh penguasa Yahudi di suatu tempat di sekitar tempat penyaliban Kristus.
Pada tahun 348 M untuk pertama kalinya St. Sirilus dari Yerusalem mencatat bahwa St. Helena, menjelang akhir hidupnya dan di bawah inspirasi ilahi, memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem pada tahun 326 M untuk menggali Makam Suci dan berupaya untuk menemukan Salib Sejati. Seorang Yahudi bernama Yudas, yang mengetahui cerita mengenai tempat penyembunyian salib Kristus, berhasil membawa para penggali Makam Suci ke tempat di mana Salib Sejati disembunyikan.
Tiga buah salib ditemukan di tempat itu. Menurut salah satu tradisi, prasasti Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum (Yesus dari Nazaret, Raja orang Yahudi) tetap melekat pada Salib Sejati. Namun menurut tradisi lain yang lebih umum, prasasti itu hilang, sehingga St. Helena dan St. Makarius, uskup Yerusalem, merancang percobaan untuk menentukan salib mana yang merupakan Salib Sejati. Ketiga salib dibawa kepada seorang wanita yang hampir mati. Ketika wanita itu menyentuh Salib Sejati, dia pun sembuh. Menurut versi tradisi lain, tubuh seorang yang sudah mati diletakkan pada setiap salib dan hanya Salib Sejati yang mampu memulihkan kehidupan orang mati itu.
Dalam rangka merayakan penemuan Salib Sejati, Konstantinus memerintahkan pembangunan gereja-gereja di lokasi Makam Suci dan di Gunung Kalvari. Gereja-gereja yang diberkati pada tanggal 13 dan 14 September 335, dan tidak lama kemudian Pesta Salib Suci mulai dirayakan pada tanggal 14 September. Perayaan pesta ini perlahan menyebar dari Yerusalem ke gereja-gereja lain, dan pada tahun 720 perayaan itu menjadi universal.
Pada awal abad ketujuh Persia menaklukkan Yerusalem, dan Raja Persia Khosrau II merebut Salib Sejati dan membawanya ke Persia. Kaisar Heraklius berhasil mengalahkan Khosrau dan merebut kembali Salib Sejati pada tahun 628. Pada tahun 629 Heraklius memutuskan untuk mengembalikan Salib Sejati ke Yerusalem. Tradisi menceritakan bahwa ia memanggul salib di punggungnya sendiri. Ketika ia mencoba untuk memasuki gereja di Gunung Kalvari, ada kekuatan aneh yang menghentikannya. Patriarkh Zacharias dari Yerusalem melihat perjuangan sang Kaisar dan menyarankan agar dia melepaskan jubah kerajaan dan mahkota serta memakai jubah pertobatan sebagai gantinya. Begitu Heraklius mengikuti saran Zacharias, ia mampu membawa masuk Salib Sejati ke dalam gereja.
Bacaan pertama pada hari ini diambil dari Bil 21:4-9. Dikisahkan bahwa Tuhan menghukum bangsa Israel dengan mengirimkan ular-ular untuk memagut mereka. sehingga banyak dari antara mereka mati. Mereka pun bertobat dan minta agar Musa berdoa untuk mereka. Tuhan menyuruh Musa membuat patung ular dari tembaga dan meletakkannya pada sebuah tiang. Orang-orang Israel yang melihat patung ular itu, tidak akan mati meskipun dipagut ular.
Bacaan kedua diambil dari Flp 2:6-11. Bacaan ini sering disebut madah pengosongan diri (kenosis) yang mengisahkan bagaimana hidup Yesus adalah hidup yang dibaktikan kepada Allah Bapa yang mengutus-Nya ke dunia. Untuk itu Dia mengosongkan diri untuk menghadirkan keilahian dan dengan demikian Dia dapat mewujudkan gambar Allah yang tidak kelihatan. Dalam teks ini dikatakan bahwa “… Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama …” (Flp 2: 6-9)
Bacaan Injil diambil dari Yoh 3:13-17 dan merupakan bagian dari percakapan antara Yesus dengan Nikodemus. Yesus bersabda, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:14-15). Menurut penginjil Yohanes, peninggian Anak Manusia merujuk pada penyaliban Yesus dan setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Bagi para pengikut Kristus, Salib adalah persimpangan jalan antara sejarah dan pohon kehidupan. Kristianitas tanpa Salib tidak ada artinya; hanya dengan menyatukan diri dengan Kristus yang tersalib kita dapat memperoleh hidup yang kekal. Kristus sendiri bersabda, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk 9:23). Ketika kita menyambut Sakramen Mahakudus, kita tidak hanya mempersatukan diri kita dengan Kristus, melainkan juga memakukan diri pada Salib untuk mati bersama Kristus agar bisa bangkit dengan-Nya.
Di bawah Inspirasi Ilahi St. Helena Berupaya Menemukan Kembali Salib Sejati
Sama seperti Musa Meninggikan Ular di Padang Gurun, Anak Manusia Harus Ditinggikan